KRjogja.com - YOGYA - Nilai ekspor DIY pada Januari 2025 mencapai US$43,41 juta, turun 26,86 persen dibanding bulan sebelumnya.Sebaliknya impor Januari 2025 senilai US$18,57 juta, naik 17,23 persen dibanding bulan sebelumnya. Neraca perdagangan DIY mengalami surplus US$24,82 juta.
Kepala BPS DIY Herum Fajarwati mengatakan ekspor Januari 2025 terbesar adalah ke Amerika Serikat (AS) US$17,45 juta, disusul Jerman US$4,82 juta, dan Jepang US$3,58 juta. Kontribusi ketiganya mencapai 59,55 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa US$12,50 juta dan ASEAN US$1,50 juta,.
'"Pakaian jadi bukan rajutan merupakan komoditas yang mengalami penurunan terdalam pada Januari 2025 dibanding Desember 2024 sebesar US$11,09 juta. Sedangkan, kenaikan terbesar adalah perabot, penerangan rumah sebesar US$0,62 juta," tuturnya di Yogyakarta, Rabu (6/3/2025).
Baca Juga: Kemenag Matangkan Persiapan Penyambutan 38 Bhikkhu dalam Acara International Thudong 2025
Menurut sektor, ekspor hasil industri pengolahan Januari 2025 turun 26,55 persen dibanding Desember 2024. Sedangkan ekspor hasil pertanian turun 46,24 persen. Dibanding Januari 2024, ekspor hasil pertanian naik 16,28 persen. Sementara itu, ekspor hasil industri pengolahan naik 7,95 persen.
"Tiga negara pemasok barang impor terbesar Januari 2025 adalah China sebesar US$6,75 juta, diikuti AS US$4,82 juta, dan Hongkong US$3,46 juta. Kenaikan impor terbesar dari AS sebesar US$3,82 juta, sedangkan penurunan impor terdalam dari China sebesar US$0,82 juta," paparnya
Herum menyampaikan kenaikan impor golongan barang terbesar Januari 2025 dibandingkan Desember 2024 adalah lokomotif dan peralatan kereta api sebesar US$4,72 juta. Tiga besar kelompok komoditas impor Januari 2025 adalah lokomotif dan peralatan kereta api sebesar US$4,76 juta; kain rajutan sebesar US$3,73 juta; dan kain ditenun berlapis sebesar US$1,50 juta.
Baca Juga: Menag: Masjid Bisa Jadi Posko Alternatif 24 Jam Bagi Para Pemudik
Sementara itu, golongan penggunaan barang, nilai impor Januari 2025 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya, barang konsumsi naik 22,95 persen dan bahan baku/ penolong naik 44,54 persen. Sedangkan barang modal mengalami penurunan sebesar 57,02 persen. (Ira)