bisnis

Omzet UMKM 'Babak Belur' Saat Pandemi Covid-19, Beralih ke Online

Sabtu, 1 Mei 2021 | 13:04 WIB
ilustrasi bisnis online

JAKARTA,KRJOGJA.com - Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengalami penurunan volume penjualan dan omzet selama pandemi Covid-19. Namun demikian, kehadiran online marketplace di Indonesia telah melahirkan pelaku usaha baru, membantu UMKM bertahan selama pandemi, hingga membuka peluang bagi pelaku usaha menembus pasar ekspor.

Berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC) berjudul "MSME Study Report 2021: Peran Marketplace bagi UMKM" dari 392 UMKM yang di survei di sejumlah kota di Indonesia, yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Medan pada periode 24 Maret hingga 9 April 2021 menunjukkan bahwa adanya pandemi selama lebih dari satu tahun terakhir ini telah berdampak pada penurunan volume penjualan dan omzet bisnis offline.

Penurunan penjualan offline ini dialami lebih dari 70 persen UMKM. Akibatnya, UMKM yang sebelum pandemi hanya berjualan offline mulai beralih membuka usaha online pada masa pandemi.

“Beberapa pelaku usaha bahkan menutup usaha offline, beralih ke online atau setidaknya memadukan penjualan offline dengan online,” kata Manajer Survei Katadata Insight Center (KIC), Vivi Zabkie di Jakarta, Jumat (30/4).

Berdasarkan kanal penjualan, perbandingan pada masa pandemi dan sebelum pandemi, pelaku UMKM yang beralih ke marketplace memiliki proporsi paling besar, diikuti peralihan ke media sosial (Instagram, Facebook dan sebagainya), website serta aplikasi lainnya.

Sebanyak 72 persen pelaku UMKM yang disurvei merasakan manfaat utama dari berjualan di marketplace berupa meluasnya jaringan pasar, lalu 68 persen merasakan keamanan bertransaksi, serta 65 persen mendapat kemudahan berinteraksi dengan pelanggan secara online dan melayani mereka secara real time (65 persen).

Lalu, sebanyak 54 persen UMKM yang disurvei menjawab dengan adanya marketplace bisa menghemat biaya promosi, 48 persen mendapat manfaat peningkatan omzet, 29 persen lebih kompetitif serta 19 persen mengaku mendapat kemudahan untuk mengakses pasar ekspor.

Sementara itu, 57 persen UMKM yang disurvei menjawab menghasilkan omzet atau nilai penjualan terbesar berasal dari Shopee , kemudian 28 persen dari Tokopedia 6 persen Lazada, 3 persen, dari Bukalapak, dari Blibli 2 persen dan 3 persen dari marketplace lainnya.

Program Promosi

Selain mendapatkan eksposur atau jaringan usaha lebih luas (77 persen), hasil survei juga menunjukkan alasan UMKM bergabung ke marketplace. Sebanyak 70 persen responden menilai platform online praktis serta bisa menjalankan usaha dimana saja. Kemudian 69 persen responden juga menjawab marketplace memiliki banyak promo, serta gratis ongkir untuk menarik konsumen.

Dari semua program promosi di marketplace, gratis ongkos kirim (ongkir) dianggap paling membantu bisnis UMKM (50 persen), diikuti program diskon (38%). Adapun ketika berjualan di marketplace, terdapat 66% responden yang memberikan promosi gratis ongkir di tokonya, diikuti 57 persen yang memberikan diskon, 32 persen memberikan cashback, 18 persen flash sale dan 8 persen tidak memberikan promosi apapun di tokonya.

Sedangkan dari seluruh program yang pelaku UMKM ikuti di marketplace, promosi hari khusus dari Shopee (seperti Shopee 12.12, Shopee 3.3, Gajian Sale) dinilai 50 persen responden paling membantu di masa pandemi. Promosi khusus dari Tokopedia seperti Waktu Indonesia Belanja juga dinilai 12 persen responden turut membantu, Bukalapak-Diskon cashback untuk pelanggan fitur super seller 5 persen dan Lazada-hari promosi khusus (Lazada 12.12, dan Lazada 3.3) sebanyak 4 persen.

Halaman:

Tags

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB