bisnis

Pertahankan Stabilitas Makro Ekonomi

Minggu, 29 Juli 2018 | 11:53 WIB


YOGYA, KRJOGJA.com - Genderang perang dagang (trade war) yang ditabuh Amerika Serikat dan Tiongkok pada Juli 2018 ini tidak ayal membuat beberapa indeks di Asia menjadi tertekan dalam perdagangan. Hal tersebut berawal dari kebijakan pemerintah AS yang pertama kali meluncurkan perang dagang dengan mengenakan tarif bernilai tahunan 34 miliar dolar ke 818 kategori produk Tiongkok. 

"Perang dagang ini bisa kian memanas jika Presiden AS Donald Trump nantinya benar-benar mengenakan tarif tambahan 500 miliar dolar terhadap produk Tiongkok. Apalagi Trump mengatakan tarif tambahan itu dikenakan jika China melakukan tindakan balasan. Padahal Tiongkok sendiri telah mengumumkan akan melakukan tindakan balasan," ungkap ekonom dari Program Studi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Bambang Arianto kepada, Minggu (29/07/2018).

Dampak dari perang dagang ini lanjut Bambang, akan membuat perekonomian Taiwan, Korea Selatan dan kawasan Asia Tenggara termasuk Singapura dan Malaysia akan semakin menurun. Bahkan ekonomi Singapura bisa terpangkas 0,8 persen apabila perang dagang ini berlanjut terus. Hal itu disebabkan ada tarif 15-25 persen pada semua produk yang diperdagangkan AS dan Tiongkok. Padahal, negara tersebut sangat bergantung pada ekspor. 

"Artinya, ketika perdagangan global dalam ancaman, maka ekonomi sebuah negara akan sangat rentan terganggu. Hal yang sama juga berlaku untuk Indonesia. Perang dagang antara AS dengan Tiongkok akan berdampak pada menurunya kinerja ekspor Indonesia. Apalagi bila Generalized System of Preferences (GSP) atau Sistem Preferensi Umum kita benar-benar direview Donald Trump. Maka bisa dipastikan tarif bea masuk ekspor produk Indonesia ke AS akan lebih mahal," urai Bambang.

Dengan begitu akan mempengaruhi stabilitas makro ekonomi Indonesia. Saat ini suku bunga acuan telah dinaikan menjadi 50 basis poin (bps) atau sebesar 5,25 persen. Padahal untuk menyeimbangkan kenaikan, suku bunga acuan salah satunya dengan memperbaiki kinerja ekspor. Artinya ekspor sangat vital dalam fundamental ekonomi. (Feb)

Tags

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB