KETIKA sepakbola masih ada di dunia ini, bisnis bidang jersey bola masih akan hidup. Meski tingkat penjualan sudah tak seramai dibanding sekitar empat maupun lima tahun lalu, namun semangat menerjuni usaha ini masih dapat ditemukan di beberapa tempat. Mereka menyediakan jersey baik buatan lokal maupun import.
Salah satunya Ali Rahman Isnandi yang membuka sejumlah outlet usaha bidang ini sejak 2010 dan sampai sekarang  masih  bertahan. Satu di antaranya di kompleks Pasar Klithikan Kuncen Yogya. Jersey lokal, banyak ia peroleh dari Bandung dan yang import dari Thailand. Khusus jersey import mempunyai berbagai keunggulan, antara lain kualitasnya mirip atau mendekati jersey ori yang dipakai pemain tim-tim sepakbola.
“Mulai dari kualitas bahan, jahitan sampai detilnya logo sponsor maupun kualitas sablonnya,†ungkap Nandi panggilan akrab Ali Rahman Isnandi.
Mengingat kualitasnya lebih bagus, tak jarang konsumen lebih memilih jersey import. Apalagi yang sudah di obral, karena termasuk jersey tahun sebelumnya. Paling diburu antara lain dari tim sepakbola liga Inggris, Itali, Jerman dan Spanyol. Ketika tim nasional berlaga di suatu kejuaraan serta berprestasi akan laris juga, misalnya saat era Gonzales dan kawan-kawan berlaga membela tim nasional.
Hanya saja sejak  pasca SBY, atau pas musim kampanye Pemilu 2014 silam, tingkat penjualan jersey mulai banyak mengalami penurunan. Hal serupa banyak juga dialami penjualan beberapa produk lain terlebih dikompleks Pasar Klithikan Kuncen, seperti Â
gadget dan sandal-sepatu. Wajar jika sebagian mengalami penjadwalan ulang hutang di bank, seperti diperpanjang masa angsuran dan iurannya perbulan lebih rendah.
Sementara itu Ali S asal Sleman yang juga bergerak di usaha ini mengungkapkan, meski tingkat penjualan jersey mengalami banyak penurunan, karena daya beli masyarakat menurun, namun tetap bertahan dan optimis dalam menjalankan usaha tersebut. Saat ramainya jersey, harga yang import kisaran Rp 195.000 perkaos. Sedangkan yang lokal, banyak berasal dari Bandung, harga antara Rp 30.000 sampai Rp 35.000 perkaos.
“Akhir-akhir ini, harga yang import antara Rp 85.000 sampai Rp 100.000 perkaos, sedangkan yang lokal naik menjadi antara Rp 40.000 sampai Rp 45.000 perkaos,†ungkapnya. (Yan-Merapi)