bisnis

Jersey Bola Import Masih Diburu

Jumat, 20 Januari 2017 | 17:47 WIB

KETIKA sepakbola masih ada di dunia ini, bisnis bidang jersey bola masih akan hidup. Meski tingkat penjualan sudah tak seramai dibanding sekitar  empat  maupun  lima tahun lalu, namun semangat menerjuni  usaha  ini  masih dapat ditemukan di beberapa tempat. Mereka menyediakan jersey baik buatan lokal maupun import.

Salah satunya Ali Rahman Isnandi yang membuka  sejumlah outlet  usaha  bidang ini  sejak  2010  dan  sampai sekarang   masih   bertahan. Satu di antaranya di  kompleks Pasar Klithikan Kuncen Yogya. Jersey lokal, banyak ia peroleh dari Bandung dan yang  import dari Thailand. Khusus jersey import mempunyai berbagai keunggulan, antara  lain  kualitasnya mirip atau mendekati jersey ori yang dipakai pemain tim-tim sepakbola.

“Mulai dari kualitas bahan, jahitan sampai detilnya logo sponsor maupun kualitas sablonnya,” ungkap Nandi panggilan akrab Ali Rahman Isnandi.

Mengingat kualitasnya lebih bagus, tak jarang konsumen  lebih memilih jersey import. Apalagi yang sudah di obral, karena termasuk jersey tahun sebelumnya. Paling diburu antara lain dari tim sepakbola  liga  Inggris, Itali, Jerman dan Spanyol. Ketika tim nasional berlaga di suatu kejuaraan  serta berprestasi akan laris juga, misalnya saat era Gonzales dan kawan-kawan berlaga membela tim nasional.

Hanya saja sejak   pasca SBY, atau pas musim kampanye Pemilu 2014 silam, tingkat  penjualan jersey mulai banyak mengalami penurunan. Hal serupa banyak juga  dialami penjualan  beberapa  produk  lain  terlebih dikompleks Pasar Klithikan Kuncen, seperti  

gadget dan sandal-sepatu. Wajar jika sebagian mengalami penjadwalan ulang hutang di bank, seperti diperpanjang masa angsuran dan iurannya perbulan lebih rendah.

Sementara  itu Ali S asal Sleman yang juga bergerak di usaha  ini  mengungkapkan, meski tingkat penjualan jersey mengalami banyak penurunan, karena daya beli masyarakat menurun, namun tetap  bertahan dan optimis dalam menjalankan usaha tersebut. Saat ramainya jersey, harga yang  import  kisaran Rp  195.000  perkaos. Sedangkan  yang  lokal, banyak  berasal dari  Bandung, harga antara Rp 30.000 sampai Rp 35.000 perkaos.

“Akhir-akhir ini, harga yang import antara Rp 85.000 sampai Rp 100.000 perkaos, sedangkan  yang  lokal  naik menjadi  antara  Rp  40.000 sampai  Rp  45.000  perkaos,” ungkapnya.  (Yan-Merapi)

Tags

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB