“Itu Argo Senja, Pak.â€
“Apa itu sama dengan kereta senja yang berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta, kereta yang tidak akan pernah kembali, seperti di cerpen saya? Kalau ya, akan saya tuntut penulis cerita ini sebagai tindakan plagiat.â€
“Oh berbeda, Pak. Di kereta Argo Senja, penumpangnya akan kembali. Tidak seperti di cerpen Bapak.â€
“Hmm, begitu, ya?†kemudian lelaki berambut panjang itu pun berlalu. Tinggallah sesama petugas loket saling berbisik.
“Siapa sih, dia?â€
“Oh, itu Seno Gumira.â€
Sementara itu, penumpang yang telah memegang tiket, akan diantar oleh keluarganya. Dan setiap keluarga akan menangis, perpisahan menjadi begitu dramatis, ada yang tangisannya pecah sampai meraung-raung, ada yang memeluk sehingga air mata itu pun membasahi bahu. Stasiun Pasar Senja sesaat menjadi hiruk-pikuk layaknya pasar. Hanya saja hiruk-pikuk itu bukan disebabkan oleh kesibukan jual-beli, melainkan riuh-rendah perpisahan.