Penanganan Kasus Stunting di Kota Yogya Libatkan Lintas Sektor

Photo Author
- Kamis, 11 Agustus 2022 | 09:31 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Penanganan kasus stunting di Kota Yogya tetap menjadi program prioritas. Kegiatan tersebut bahkan melibatkan lintas sektor agar hasilnya optimal. Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogya Edy Muhammad, Pemkot menerapkan kebijakan melalui pendekatan kolaboratif antara aspek sensitif dan spesifik untuk menuntaskan permasalahan stunting.

"Angka stunting di Kota Yogya sebenarnya sudah berada di bawah target nasional. Tetapi, penuntasan stunting terus dilakukan agar tidak lagi ditemui permasalahan tersebut," jelasnya, Rabu (10/8/2022).

Berdasarkan data, angka stunting di Kota Yogya pada tahun lalu tercatat sekitar 12,8 persen dan diperkirakan turun pada tahun ini setelah dilakukan pendataan ulang. Data itu lebih rendah dibanding target nasional pada 2024 sebesar 14 persen. Keterlibatan lintas sektor pun diharapkan mampu mempercepat target zero stunting di Kota Yogya.

Edy menjelaskan, pendekatan sensitif untuk penanganan stunting dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada orangtua yang memiliki anak berusia di bawah dua tahun dan terindikasi stunting agar lebih memperhatikan asupan gizi yang diberikan.

"Makanan yang diberikan kepada anak harus memiliki gizi yang cukup dan tentu saja sehat. Pemahaman orang tua terkait gizi makanan sangat penting," imbuhnya.

Selain itu, Pemkot Yogya juga melakukan intervensi melalui APBD untuk memberikan makanan tambahan sekaligus menggerakkan masyarakat dan pengusaha dengan program dapur balita serta relawan sehat. Sedangkan penanganan secara spesifik dilakukan bersama dengan dinas terkait, yaitu Dinas Kesehatan yang melakukan pemantauan langsung pada tumbuh kembang anak.

"Jika ada anak terindikasi stunting, seperti berat badan kurang serta tinggi badan kurang, akan dilakukan pemantauan secara berkala," terangnya.

Intervensi terhadap asupan gizi juga akan dilakukan jika dari hasil pemantauan diketahui bahwa kondisi tumbuh kembang tersebut dipengaruhi oleh kekurangan gizi, sehingga perlu didukung dengan pemeriksaan kesehatan.

Di samping itu, penanganan stunting tidak hanya dilakukan kepada anak berusia di bawah dua tahun, tetapi juga dilakukan sejak remaja karena kondisi perempuan yang kekurangan gizi maupun mengalami tuberculosis. Hal ini karena remaja tersebut nantinya berpotensi melahirkan anak yang stunting. Begitu pula kondisi lingkungan masyarakat turut berpengaruh terhadap kasus stunting.

"Bahkan kasus pernikahan dini juga bisa menyebabkan atau berpotensi melahirkan anak stunting. Makanya pendekatan penanganan harus melibatkan lintas sektor," katanya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Yogya telah berhasil memetakan kondisi wilayah berdasarkan kasus stunting yang ditemukan. Hasilnya dilakukan klasifikasi berdasarkan zonasi atas kasus stunting terhadap anak di bawah usia dua tahun. Zona hijau merupakan kelurahan dengan angka stunting kurang dari 14 persen, kuning dengan angka stunting 14-19 persen, jingga 19-24 persen, dan merah lebih dari 24 persen.

Dari total 45 kelurahan yang ada di Kota Yogya, sebanyak tiga kelurahan masuk zona merah, yaitu Kotabaru, Tegalpanggung, dan Mantrijeron. Enam kelurahan di zona jingga, delapan kelurahan di zona kuning dan sisanya berada di zona hijau. (Dhi)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB
X