BANTUL, KRJOGJA.com - Blokade akses menuju Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan oleh masyarakat kelihatannya belum ada tanda segera diakhiri. Sejak akses ditutup Sabtu akhir pekan lalu, kini puluhan ton sampah menggunung di kawasan Pantai Parangtritis. Bahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul mengklaim, sehari TPST Piyungan ditutup saja setidaknya ada 180 ton sampah di Bantul kini teronggok dengan bau tidak sedap. Sementara yang perlu diwaspadai ialah penyakit leptospirosis hingga muntaber.
Kepala DLH Kabupaten Bantul, Ari Budi Nugroho ST MSc, Selasa (10/5/2022) mengatakan, beberapa dampak penutupan TPST cukup kompleks dirasakan Kabupaten Bantul. Bahkan imbas dari blokade tersebut DLH Bantul pada akhirnya menghentikan sementara pelayanan pengambilan sampah di pelanggan. Tidak hanya itu hasil identifikasi DLH Bantul penumpukan sampah terjadi dikawasan objek wisata, pasar, perkantoran dan kawasan publik.
Disisi lain, bertambahnya sampah rumah tangga yang dibuang disembarang tempat. Sudah pasti menimbulkan gangguan secara estetika dan lingkungan. Sehingga langkah-langkah strategis diantaranya, mengoptimalkan proses pemilahan dan pengurangan sampah dari rumah tangga. "Kami menghimbau masyarakat meningkatkan kepedulian dalam penanganan sampah. Sampah yang dikelola DLH dan swasta yang dibuang ke TPST Piyungan, setiap harinya 170-180 ton," ujar Ari.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso mengatakan, potensi penyakit akibat penumpukan sampah kini mengintai masyarakat. Mulai muntaber, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sampai leptospirosis. Dijelaskan, potensi penyakit bisa muncul adanya aktivitas lalat dan tikus di tumpukan sampah. Hewan itu disinyalir bisa membawa virus penyakit yang menular kepada manusia.
Menurutnya, jenis penyakit yang bisa muncul dari sampah diantaranya, penyakit yang dibawa vektor lalat seperti muntaber, kemudian batuk dan ISPA.
Koordinator UPK Pantai Parangtritis Suranto juga mengungkapkan, selama libur Lebaran tumpukan sampah mencapai 15 ton dan belum terangkat. "Oleh karena itu, ditutupnya TPST Piyungan, UPK Parangtritis mendorong pengelolaan sampah di kawasan di Parangtritis ini tanggung jawab kita bersama," ujarnya. Termasuk melakukan pemilahan- pemilihan serta memberikan edukasi kepada pengunjung maupun pelaku usaha terkait masalah penanganan sampah.
Koordinator 'Banyakan Menolak Banyakan Melawan' Herwin Arfianto tegas mengatakan, tetap menutup akses menuju TPST Piyungan sampai Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X bersedia berdialog dengan warga. Sehingga Sultan bisa mendengarkan langsung persoalan yang membelit masyarakat selama ini. Warga juga menjaga lokasi penutupan selama 24 jam penuh.
Blokade akses dilakukan karena masyarakat sekitar TPST dua puluh tahun lebih sangat terganggu terkait pencemaran lingkungan. Tetapi hingga sekarang pemerintah belum memberikan solusi konkrit terhadap permasalahan yang menyelimuti masyarakat terdampak. (Roy)