KULONPROGO, KRJOGJA.com - Meskipun kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kulonprogo saat ini lebih sedikit dibanding periode yang sama pada 2021 lalu tapi dengan ditemukannya ratusan kasus DBD sejak awal 2022 maka dinas kesehatan (dinkes) setempat mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah perkotaan untuk memaksimalkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya masing-masing.
"Sejak awal 2022 hingga pekan ke sepuluh kasus DBD tercatat 294 kasus. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 lalu yang mencapai sekitar 300-an, kasus saat ini memang tergolong rendah. Mudah-mudahan sampai akhir tahun tidak ada yang meninggal misalnya ada pertambahan lagi karena angka kematian atau kejadian yang meninggal itu menjadi indikator pelayanan demam berdarah. Artinya, kalau ada satu yang meninggal maka kita masih harus memperbaiki pelayanan," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulonprogo, Rina Nuryati, Kamis (17/3/2022).
Pihaknya bersyukur hingga saat ini tidak menemukan ada kasus meninggal akibat DBD. Masyarakat tetap diimbau waspada terhadap kasus DBD, seiring masih sering turun hujan di wilayah kabupaten ini. Masyarakat diimbau lebih menggalakkan PSN berupa menutup, menguras dan memanfaatkan barang bekas.
Berdasarkan data Dinkes Kulonprogo, sejak awal 2022 kasus DBD masih didominasi wilayah perkotaan. Tiga wilayah dengan kasus DBD tertinggi yakni Kapanewon Wates, Pengasih dan Sentolo. "Untuk penanganan kasus DBD di rumah sakit dari total kasus tidak sampai 50 persen dan kategori pasien didominasi anak-anak. Soal puncak DBD, kita perhitungannya secara tahunan. Kita bandingkan dengan kasus di tahun sebelumnya," jelas Rina.
Sementara itu, Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kulonprogo, Eko Damayanti mengimbau masyarakat yang menemui gejala DBD diidap oleh salah satu anggota keluarganya agar segera mencari pertolongan medis. "Terlebih gejala DBD demam sehingga penanganan yang cepat diharapkan bisa meminimalisir potensi kematian akibat virus DBD," ujarnya. (Rul)