Komar Gelar Diskusi: Radikalisme Jangan jadi Isu Musiman

Photo Author
- Minggu, 27 Februari 2022 | 16:47 WIB
Komar gelar diskusi anti radikalisme (ist)
Komar gelar diskusi anti radikalisme (ist)

SLEMAN, KRJOGJA.com - Mahasiswa Yogya yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Anti Radikalisme (Komar) menyelenggarakan diskusi tentang radikalisme, Sabtu (26/2/2022) di kawasan Nologaten Sleman. Dalam diskusi yang dikemas santai tersebut, dibahas bagaimana isu anti radikalisme seringkali jadi momen musiman di Indonesia.

Fahri, pemantik diskusi mengatakan radikalisme tanpa disadari sudah semakin luas penyebarannya di Indonesia. Komar menurut dia hadir untuk secara sadar mengajak anak-anak muda agar tidak mudah didoktrin oleh kelompok radikal.

“Kita mahasiswa mempunyai wawasan atau ide-ide baru dan lebih terbuka, harus mampu memberikan terobosan baru terhadap masyarakat yang tidak sadar akan hal itu. Radikalisme ini merupakan hal yang paling penting kita bahas, sebab radikalisme merupakan hal yang paling urgen dalam suatu negara, apalagi negara Indonesia,” ungkapnya.

Sampai saat ini, masih jarang kalangan mahasiswa membahas isu-isu agama, nasionalisme, maupun kesadaran terkait masalah pemahaman tentang bela negara. Padahal, jaringan radikalisme di Indonesia memiliki akses tertutup dengan pendanaan tidak langsung, salah satunya kotak-kotak amal yang disebar di seluruh pelosok tanah air.

“Kotak amal yang diberikan oleh kelompok radikal itu merupakan hal yang paling sederhana yang tanpa disadari masyarakat bahwa kotak amal itulah merupakan rangkaian yang dibuat oleh kelompok radikal untuk menjalankan organisasinya agar lebih maju. Kotak amal itu sudah banyak di Indonesia dan tersebar luas di beberapa daerah di seluruh Indonesia,” sambung dia.

Salah satu peserta diskusi yang juga memiliki jejaring aktivis anti radikalisme di Indonesia, Rifai menyebutkan, bahwa dari berbagai informasi yang dihimpun dari jejaring mahasiswa, kotak-kotak amal itu tersebar di berbagai kota, misalnya Sumatera Utara dengan jumlah 4.000 kotak, Lampung 6.000 kotak, Jakarta 48 kotak, Semarang 300 kotak, Pati 200 kotak, Temanggung 200 kotak, Solo 2.000 kotak, Yogyakarta 2.000 kotak, Magetan 2.000 kotak, Surabaya 800 kotak, Malang 2.500 kotak dan Ambon 20 kotak.

“Sampai detik ini, terhitung ada sekitar 20 ribuan kotak amal yang disebar oleh kelompok-kelompok radikal tersebut. Ini harus menjadi perhatian kita bersama, bagaimana memberikan pencerahan pada masyarakat agar lebih teliti dalam memberikan bantuan,” sambungnya.

Salah satu peserta lainnya yang juga menjadi pemantik, Juju, menambahkan, radikalisme melalui gerakan di akar rumput memang sangat tertutup dan dapat menjadi ancaman besar. Mahasiswa menurut dia memiliki kewajiban untuk turun tangan terlebih dengan salah satu peran yang dipegang sebagai agen of control.

“Mahasiswa harus menjadi garda paling depan dalam urusan apapun. Apalagi dalam urusan ancaman radikalisme yang ada di Indonesia dan nyata terjadi,” tandas dia. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB
X