BANTUL, KRJOGJA.com - Untuk meningkatkan budaya baca generasi muda, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) periode 88 menyelenggarakan penyuluhan Literasi Baca (Karya Sastra) dan Menejemen Waktu.
Kegiatan ini menghadirkan pembicara dari UAD, Wajiran SS MA PhD, Â Wakil Dekan Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi. Kegiatan ini dilaksanakan di tiga dusun yaitu Dusun Jaten, Sedayu dan Klangon kelurahan Argosari, Kabupaten Bantul.
Menurut Wajiran, kegiatan penyuluhan ini ditujukan sebagai upaya mengimbangi tantangan zaman yang semakin berat. Kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, berpengaruh besar pada gaya hidup masyarakat, khususnya generasi muda. Revolusi industri 4.0 telah merubah kehidupan masyarakat menjadi serba instan. Akibatnya, masyarakat semakin banyak yang meninggalkan atau tidak menghargai sebuah proses dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat dilihat dari semakin banyaknya kenakalan remaja sebagai ekspresi diri atas ketidakmampuan mengikuti kemajuan jaman.
Kemajuan teknologi semakin maju padahal secara ekonomi kaum muda di pedesaan tidak memiliki kemampuan secara ekonomi. "Kemajuan teknologi juga mempengaruhi budaya baca generasi muda. Hal itu disebabkan oleh alokasi waktu yang kurang mendapat perhatian dalam kehidupan sehari-hari. Generasi muda lebih banyak mengalokasikan waktu untuk bermain smartphone atau gadget dibandingkan membaca buku. Hal itu terjadi juga disebabkan oleh minimnya kesadaran generasi muda akan pentingnya membaca buku," ujarnya, Jumat (18/02/2022).
Ditegaskan, era revolusi industri, membaca sebenarnya tidak harus yang berupa buku, tetapi bisa membaca buku elektronik atau e-book. Saat ini banyak aplikasi atau program yang memberikan fasilitas jauh lebih mudah untuk membaca buku. Sayangnya aplikasi seperti ini belum begitu popular di kalangan generasi muda di Indonesia.
Akibatnya, generasi muda lebih banyak yang mengakses media sosial dibandingkan membuka aplikasi baca buku. Kebiasaan ini juga berpengaruh pada informasi instan yang ada di sosial media. Dengan membaca potongan informasi di sosial media, generasi muda sudah merasa cukup. Padahal, informasi yang ditampilkan di media sosial hanyalah potongan-potongan yang tidak bisa memberikan informasi secara lengkap dan menyeluruh. Lebih memprihatinkan lagi, banyak informasi yang ditampilkan di media sosial adalah hoaks alias palsu.
Rendahnya budaya baca bukan saja disebabkan oleh minimnya kesadaran generasi muda akan manfaat membaca, tetapi juga karena ketidakmampuan mengatur waktu.
Ditambahkan, kegiatan Pengabdian Masyarakat yang merupakan bagian dari program kerja mahasiswa KKN kelompok XIV Unit A1, A2 dan A3 ini mendapat respon positif dari masyarakat khususnya genenerasi muda. "Setelah acara penyuluhan, beberapa pemuda juga antusias meminta diskusi khusus terkait tindaklanjut penanaman budaya baca di desa Argosari. Bahkan mereka berinisiatif mengadakan kegiatan lebih lanjut terkait pengadaan bacaan di perpustaan desa," tandasnya. (Jay)