KULONPROGO, KRJogja.com - Program vaksin polio yang diikuti Arifin (20) warga Pedukuhan Jati Kalurahan Gerbosari Kapanewon Samigaluh puluhan tahun silam diyakini menjadi awal kelumpuhan dirinya. Penderitaan tersebut berawal saat Arifin masih duduk di bangku kelas 4 SD dan mengikuti suntik polio. Ironisnya karena berasal dari keluarga miskin, hingga saat ini Arifin tidak bisa mendapat pengobatan yang layak.
Arifin mengisahkan, sekitar tahun 2011 dirinya suntik polio. "Tapi setelah disuntik tubuh saya malah jadi lemas dan lama-lama tidak bisa bergerak," katanya saat di temui di kamar sempit berdindingkan gedhek
, Senin (6/12).
Sementara itu sang ibu, Sutinah (55) menjelaskan, meski pihak keluarga terus berusaha agar kondisi kesehatannya Arifin pulih kembali tapi belum membuahkan hasil. "Saya sudah berusaha mengobati Arifin. Pernah mengikuti terapi selama tiga bulan tapi tidak ada perubahan. Berobat ke rumah sakit juga tidak berhasil dan anak saya tetap lumpuh," tuturnya.
Sejak mengalami kelumpuhan, kehidupan Arifin berubah total. Semua aktivitas hariannya seperti makan, mandi hingga buang air harus dibantu ibunya dan kadang-kadang kakaknya, Wahid. Sepanjang hari Arifin menghabiskan waktu di atas ranjang dan tidak bisa melanjutkan pendidikan sampai sekolah menengah atas atau sederjat.
"Sejak lumpuh, saya selalu menggendongnya ke sekolah hingga tamat SMP," ujar Sutinah menambahkan dirinya ingin sekali anaknya bisa melanjutkan pendidikan SMA tapi apa daya tidak kuat lagi menggendongnya, apalagi jarak sekolah cukup jauh.
Arifin anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Sutinah dan Bambang Wakidi yang sudah meninggal saat Arifin masih anak-anak. Kondisi keluarga ini cukup memprihatinkan. Selain tinggal di pelosok desa, rumah yang mereka tempati juga kondisinya menyayat hati. Selain dinding rumahnya dari anyaman bambu atau 'gedhek' yang sudah lapuk. Sementara lantainya tanah dan atap gentengnya juga banyak yang bocor.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari keluarganya, Sutinah berjualan gula Jawa. "Dari hasil jualan gula Jawa saya mendapatkan penghasilan Rp 50 - Rp 100 ribu, tapi tidak tiap hari," ungkapnya menambahkan kalau sedang tidak jualan dirinya jadi buruh tani.
Dukuh Jati, Susi Windarti mengatakan, pihaknya terus berupaya agar keluarga kurang mampu tersebut mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. "Mas Arifin memang sudah lama lumpuh dan yang menghidupinya ibunya, Sutinah. Tentang bantuan sudah kami upayakan termasuk bantuan renovasi rumah dari masyarakat," jelasnya. (Rul)