SLEMAN, KRJOGJA.com - 639 peternak dari 400-an kabupaten/kota di Indonesia ikrar bersatu dalam Koperasi Peternak Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KOPAKUB) sejak akhir Mei 2021 lalu. Para peternak berikrar memaksimalkan potensi peternakan ayam kampung yang jika dihitung mencapai angka Rp 70 triliun pertahun.
Yadiman, Ketua KOPAKUB mengatakan koperasi tersebut memang baru dibentuk pada akhir Mei 2021 lalu namun antusiasme para peternak dari seluruh Indonesia tampak karena hingga kini sudah ada 639 peternak dari 27 provinsi di Indonesia yang bergabung. Para peternak merasakan permasalahan yang sama meliputi kesulitan mendapatkan Day Old Chicken (DOC), pakan memadahi dan juga penjualan ketika panen.
“Koperasi ini kami buat dengan digital agar memudahkan komunikasi seluruh anggota dari Sabang sampai Merauke. Kami berupaya bergerak menguatkan ketrampilan teknis dan non teknis, menyerap hasil panen, memudahkan akses fasilitas pinjaman modal peternakan dengan pihak ketiga, berjejaring dengan seluruh peternak anggota dari berbagai daerah dan membagikan Sisa hasil Usaha (SHU) dari unit bisnis yang diusahakan,†ungkapnya dalam Ngobar di Pendowoharjo Sleman, Rabu (23/6/2021).
Drh Hari Wibowo yang di daulat membidangi urusan pakan, kesehatan dan pengembangan KUB 2 di KOPAKUB menambahkan saat ini pihaknya menjadi mitra pemerintah dalam menyalurkan DOC Janoko sebanyak 1 juta ekor. Pihaknya sudah merancang skenario pengembangan DOC Janoko hingga generasi ketiga yang diharapkan bisa membawa kemanfaatan maksimal bagi peternak.
“Untuk mensupport pengembangan DOC KUB 2 Janoko tersebut, kami sudah merancang pendirian pabrik pakan mini dengan kapasitas 5 ton /hari di Klaten. Pabrik ini efektif didirikan di lokasi yang ada populasi ayamnya minimal 50 ribu ekor. Karena itu, dengan menjadi anggota KOPAKUB ini, peternak sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa KOPAKUB ini akan memperoleh kemudahan,†ungkapnya.
Hari mengatakan skema 1 juta Janoko ini nantinya akan sangat menarik di mana para peternak akan bisa mendapatkan 30 ribu ekor perbulan terdiri dari jantan dan betina. Koperasi akan ikut mendampingi memaksimalkan indikan untuk nantinya disebarkan dari Sabang sampai Merauke.
“Dari 15 ribu untuk indukan betina, kalau diseleksi indukan baik ada sekitar 12 ribu. Itu kalau menelur sesuai program sampai 200 dan ditetaskan minimal 100 ekor saja maka kita siap di tahap kedua dapat 1,2 juta ekor. Ini peternak generasi kedua mendapat dari indukan sebelumnya. Nanti ke tahap berikutnya lagi ada 48 juta. Ini bisa menghimpun 20 ribu peternak. Kalau saat ini harga ayam Rp 35 ribu per ekor maka kita punya peluang memutar Rp 1,7 triliun. Bagaimana kalau program 1 juta bisa terpenuhi, kita bisa putar Rp 70 triliun,†tandas dia.
Deputi Bidang Perkoperasian Kementrian Koperasi dan UMKM, Ahmad Zabadi yang hadir dalam agenda ngrobrol bareng tersebut menyampaikan apresiasi sekaligus suport atas gerakan yang dilakukan para peternak ayam kampung. Ia menilai, potensi hingga Rp 70 triliun dari peternakan ayam kampung menjadi daya tarik yang diharapkan bisa terwujud demi mewujudkan swasembada pangan Indonesia.
“Pemerintah dalam hal ini mendukung apa yang kemudian dilakukan teman-teman peternak ayam kampung dalam KOPAKUB ini. Potensi sekian trilyun tadi hendaknya jadi penyemangat bahwa kita bisa melakukan itu untuk swasembada pangan sekaligus upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi,†tegasnya. (Fxh)