SLEMAN, KRJOGJA.com - Ratusan ekor hewan ternak di Kalitengah Lor belum dievakuasi semenjak status Gunung Merapi naik menjadi Siaga (level III) sejak Kamis (5/11/2020) lalu. Hingga Rabu (11/11/2020) baru 59 ekor hewan ternak yang dievakuasi ke beberapa tempat. Pemindahan hewan ternak ini juga rentan mengurangi produktifitas mereka khususnya untuk sapi perah.
Panewu Cangkringan Suparmono menerangkan, saat ini baru 59 ekor hewan ternak dari Kalitengah Lor yang dievakuasi. Sebanyak 49 ekor berada di kandang komunal Singlar, 7 ekor berada di kandang PT Kepurun Pawana Indonesia (KPI) Klaten dan 3 ekor berada di kandang komunal Gading. "Padahal total hewan ternak yang harus dievakuasi sebanyak 294 ekor. Terdiri dari 200 ekor sapi perah dan 94 sapi pedaging serta 6 ekor kambing," kata Suparmono saat ditemui di Barak Banjarsari Glagaharjo Cangkringan, Rabu (11/11/2020) malam.
Menurutnya, proses evakuasi hewan ternak ini akan dilakukan secara bertahap. Proses evakuasi sudah dilakukan sejak 9 November kemarin. Selain hewan ternak dari Kalitengah Lor, tiga ekor sapi dari Ngrangkah Pelemsari Umbulharjo Cangkringan juga dievakuasi ke kandang komunal Karang Kendal.
Suparmono tak menampik para pemilik hewan ternak juga dilematis karena dengan memindahkan hewan ternaknya akan mengurangi produktivitas sapi mereka. Selain itu kandang sementara yang rencananya pembangunan kandang sementara di dekat balai desa Glagaharjo juga belum terealisasi. "Saya harap anggaran segera turun sehingga kandang sementara bisa segera dibangun. Hewan ternak yang masih diatas bisa segera dievakuasi," beber Suparmono.
Kepala Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kapanewon Cangkringan drh Felicitas Kristianti menambahkan, dari Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman berupaya mengevakuasi hewan ternak sesuai protokol. Hal ini bertujuan agar ternak bisa turun dalam kondisi sehat dan tidak stres.
"Kondisi ternak sekarang masih sehat. Kemarin penanganan kami beri pengobatan vitamin untuk menjaga kondisi ternak terus sehat," tuturnya.
drh Felicitas mengungkapkan, hingga saat ini belum ada laporan sapi yang sakit. Sehingga penanganan ternak masih sebatas perawatan agar sapi tetap produktif. Menurutnya, kemungkinanya perpindahan ternak dari satu lokasi ke lokasi lain pastinya akan berisiko stres.
"Kemarin sudah kami antisipasi dengan pemberian obat suportif kemudian karena kandang yang yang dipakai untuk shelter itu memenuhi syarat jadi risiko stres bisa diturunkan lagi," ungkapnya.
Terkait produktivitas susu dari sapi yang diungsikan, lanjut drh Felicitas, saat ini masih normal. Pihaknya terus memberikan suplemen agar sapi tidak stress dan produksi susu tetap stabil.(Aha)