SLEMAN, KRJOGJA.com - Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan saat ini terdapat penggembungan magma di arah barat dan barat laut puncak Merapi. Namun, hingga Selasa (10/11/2020) kubah lava di puncak Merapi belum terdeteksi meski status sudah dinaikkan menjadi Siaga (level III) sejak 5 November lalu.
Hanik mengatakan kemungkinan lontaran erupsi berupa guguran, lava pijar maupun wedhus gembel ke arah barat bisa terjadi. Bukaan kawah yang mengarah ke tenggara atau hulu Sungai Gendol menurut dia masih menjadi potensi bahaya Merapi yang paling kentara saat ini.
“Bukaan kawah ke tenggara maka ancaman terbesar itu masih ada di arah bukaan kawah. Adapun kalau penggembungan magma memang ada di barat, barat laut. Tidak menutup kemungkinan ada arah ke sana (erupsi). Tapi lebih pasti kami bisa anakisis kalau kubah lava sudah ada, kalau sekarang sampai saat ini belum ada,†ungkap Hanik di depan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X saat meninjau pengungsian di Balai Desa Glagaharjo.
Magma menurut Hanik memang sudah ada terlihat dari penggembungan jarak tunjam Merapi. Namun, kecepatan pertumbuhanke atas dan volume potensi pembentuk kubah lava masih belum bisa diketahui.
“Potensi itu bisa kita ukur dari kecepatan dan volume kubah lava. Kita buat asasment penilaian terkait bahaya akan berubah. Potensi bahaya Merapi adalah awan panas, dari skenario saat ini sudah dibuat kalau ada awan panas jaraknya berapa. Lontaran material juga sudah kita sampaikan jauhnya seperti apa. Saat ini Merapi aktivitasnya masih tinggi sejak kami menetapkan siaga 5 November. Mengapa magma tidak muncul, pada saat magma muncul faktor pendorongnya itu gas. Kami analisis saat ini minim gas, kondisi ini menunjukkan kenapa sampai kini masih pelan-pelan jalannya karena magma didorong gas, maka kami bilang tidak sebesar 2010 kalau begini terus,†tandas Hanik.
Meski begitu, perjalanan gerak fase erupsi Merapi kali ini diprediksi lebih besar dari tahun 2006 lalu. Volume magma yang muncul saat ini disebut Hanik lebih besar yang diprediksi membuat kubah lava juga lebih besar.
“Mengapa lama tumbuh ke atasnya, karena miskin gas. Ancaman utama sampai saat ini kami bilang ada di Kali Gendol tapi bisa sampai ke barat juga. Sekali lagi memang saat ini miskin gas tapi volumenya lebih besar dari 2006,†ungkapnya lagi. (Fxh)