Ribuan Pedagang Pasar Tradisional di Bantul Bakal Dirapid Test

Photo Author
- Senin, 6 Juli 2020 | 18:30 WIB
Pedagang Pasar Jodog Pandak ikut rapid test. (Foto: Sukro R)
Pedagang Pasar Jodog Pandak ikut rapid test. (Foto: Sukro R)

BANTUL, KRJOGJA.com - Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul menggencarkan rapid test dengan sasaran pedagang pasar. Program tersebut merupakan tindaklanjut setelah sebelumnya kegiatan serupa juga digelar. Karena tahap 1 program juga dilakukan di Pasar Bantul, Ngipik Banguntapan dan pasar sore Janten, Ngestiharjo Kasihan. Sedang mulai tanggal 6 Juli hingga pertengahan bulan akan di gelar rapid rest kepada 8.582 pedagang pasar dari 44 pasar di Bantul.

Sementara program rapid test untuk deteksi dini penularan Covid-19 dengan fokus pedagang tidak semudah yang diharapkan. Banyak pedagang justru pilih menutup dagangannya setelah tahu bakal ada rapid test Covid-19. "Ada juga pedagang memilih tutup kemudian pulang karena takut menjalani rapid test," ujar Kasi Sarana dan Prasarana, Dinas Perdagangan Bantul Haryono, Senin (6/7/2020) disela memantau pelaksanaan rapid test di Pasar Jodog Gilangharjo Pandak.

Menurutnya, untuk pedagang Pasar Jodog ditargetkan sebanyak 141 pedagang ikut rapid test. Terdiri pedagang Pasar Jodog atau pedagang yang jualan bertepatan hari pasaran. Tetapi sampai tengah hari baru sekitar 100 pedagang ikut rapid test. "Dinas Perdagangan pasang target 8.582 pedagang dari 44 pasar di Bantul ikut rapid test. Tetapi karena ada yang takut rapid test sehingga peserta tidak maksimal," tuturnya.

Sementara Koordinator Lapangan (Korlap) rapid test Covid-19 di Pasar Jodog, Sri Sudewi menjelaskan, sejauh ini masih stigma negatif pedagang yang dinyatakan reaktif Covid-19. Hal tersebut justru menimbulkan ketakutan untuk mengikuti rapid test. Ketika hasilnya reaktif, dan dilakukan diisolasi ke rumah sakit menjalani uji swab. Pada akhirnya muncul stigma negatif dan pengucilan dari masyarakat. Kenyataan itu membuat pedagang ketakutan mengikuti rapid test.

"Khusus rapid test di Pasar Jodog, 100 peserta yang menjalani rapid test hasilnya negatif semua," ujarnya.

Beberapa hari jelang pelaksanaan, pedagang mendapatkan undangan untuk menjalani rapid test. Namun undangan tersebut justru membuat pedagang pulang lebih cepat. Kondisi tersebut tentu jadi pekerjaan rumah pemerintah dalam memberikan edukasi serta menyadarkan pedagang pasar menjalani rapid test.

Sedangkan anggota Komisi D, DPRD Bantul, Eko Sutrisno Aji SE tidak menampik, pedagang pasar ketakutan menjalani rapid test. Mereka takut dikucilkan warga lainnya, jika hasilnya reaktif. "Takut dikucilkan, dan juga takut diisolasi di rumah sakit. Keluarga di rumah juga harus menjalani isolasi mandiri," jelas Eko.

Politisi PPP ini berharap, sosialisasi terkait tujuan rapid test, prosedur pengananan di rumah sakit ketika dinyatakan reaktif harus dilakukan terus. "Bisa saja satu pasar ada dua lokasi rapid test supaya hasilnya maksimal. Seperti di pasar Jodog hanya menyasar pedagang yang rutin berjualan di pasar Jodog. Pedagang tiban saat hari pasaran luput dari rapid test. Pedagang ini mobilitasnya tinggi dari satu pasar ke pasar lainnya," ujar Eko. (Roy)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB
X