BANTUL, KRJOGJA.com - Ditengah wabah covid-19 di Bantul, juga terjadi populasi hama tanaman wereng yang harus ditangani secara cepat, agar tidak menjadi ancaman bagi petani padi di Bantul. Menurut Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (P2KP) Bantul, Yus Warseno, Minggu (26/4/2020), dari seluruh tanaman padi di Bantul seluas 15.000 hektare , terdapat populasi wereng di lahan padi sekitar 200 hektare di wilayah Kretek, Sanden dan sekitarnya.
Untuk mencegah populasi wereng agar tidak berkembang menjadi ancaman, sejak beberapa pekan hingga sekarang masih dilakukan penyemprotan dengan Agens Pengendali Hayati (APH). Penyemprotan dilakukan petani dibantu petugas pertanian dari Dinas P2KP Bantul dan DIY.
APH merupakan obat pemberantasan hayati yang dibuat dari hama sejenis, diantaranya walang sangit yang dibuat jamur, kemudian jamur tersebut disemprotkan pada wereng yang ada di rumpun padi agar mati terkena jamur.
Dijelaskan, sebenarnya luasan lahan populasi wereng masih status ringan, karena baru rata-rata satu hingga dua ekor setiap sepuluh rumpun."Tetapi jika dibiarkan tanpa ada upaya pemberantasan bisa berkembang dan menjadi ancaman bagi petani padi," kata Yus.
Agar hasil panen padi di Bantul tetap memenuhi target dan Bantul tetap surplus beras, petani harus tetap waspada terhadap semua bentuk hama maupun penyakit tanaman yang sering muncul di Bantul, seperti wereng, walang sangit, ulat grayak dan sejenisnya.
Produksi beras di Bantul setiap tahun rata-rata mencapai 106.000 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi masyarakat rata-rata 70.000 ton pertahun, sehingga surplus rata-rata 36 ton per tahun.(Jdm)