Pemudik Datang, Permintaan Empon-empon Melonjak

Photo Author
- Jumat, 3 April 2020 | 13:50 WIB
Empon-empon Corona yang dijual pedagang di Beringharjo.
Empon-empon Corona yang dijual pedagang di Beringharjo.

KULONPROGO, KRJOGJA.com - Pandemi virus covid-19 berdampak pada semua sektor usaha. Namun berbeda dengan sektor lainnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor pertanian utamanya empon-empon justru permintaan melonjak drastis termasuk olahannya. Ini karena adanya stigma yang berkembang di masyarakat bahwa empon-empon bisa menangkal virus Corona.

"Hal itu semakin dipertegas oleh pernyataan Presiden dan Menteri Kesehatan di beberapa media, empon-empon atau jamu berkhasiat untuk menjaga daya tahan tubuh atau imunitas. Empon-empon juga terbukti aman untuk kesehatan. Ditambah lagi saat 'press conference' dengan media, kasus 3 pasien covid -19 yang dinyatakan sembuh juga dibekali ramuan jamu racikan dari Presiden melalui Menteri Kesehatan," kata pemilik produk Super JaheKu dan SCANK, Yerry Dwi Hastuti yang juga berprofesi sebagai THL TB Penyuluh Pertanian BPP Kokap, Kamis (2/4/2020).

Akibatnya, masyarakat berduyun-duyun membeli bahkan memborong empon-empon dan rempah-rempah maupun produk olahannya. Termasuk di antaranya produk UMKM Kia's Kitchen yakni Super JaheKu dan SCANK di Kalurahan Hargotirto Kapanewon Kokap ikut kewalahan memenuhi permintaan konsumen.

"Ketersediaan bahan baku utama dan penunjang menjadi hambatan utama, sehingga walau pun permintaan banyak tetapi UMKM tidak bisa memproduksi banyak. Semakin sulit karena ditambah harganya yang melonjak drastis. Jahe sebagai bahan baku utama di pasar mencapai harga Rp 50-70 ribu perkilogram. Belum lagi ditambah gula pasir yang mencapai Rp 20 ribu perkilogram," urai Yerry yang bekerja sama kelompok wani tani (KWT) Lestari Clapar I, KWT Pertiwi Soka, Kelompok Tani Sido Rejo Hargowilis Kokap dalam pemenuhan bahan baku.

Mau tidak mau UMKM harus menaikkan harga produk ini. Untungnya beberapa pelanggan tidak masalah. "Untuk permintaan secara 'online' juga mengalami sedikit gangguan keterlambatan pengiriman dari jasa eskpedisi untuk beberapa wilayah karena masuk zona merah covid-19. Belum lagi kesulitan untuk kebutuhan kemasan dan label karena beberapa toko tutup," tuturnya.

Hal yang sama dikemukakan Dinar Astuti pengurus Asosiasi Pangan Lokal Mulia Boga Nusantara Kulonprogo. Pemesanan gula semut dan empon-empon di antaranya jahe emprit, jahe merah, kunyit, temu lawak, beras kencur dan juga produk turunannya melonjak naik. Harga otomatis naik pula terutama jahe merah.

"Apalagi pengiriman paket dibatasi, maka mengandalkan ekspedisi terdekat atau 'gosend'. Untuk kunjungan atau 'fieldtrip' pelatihan 'off' sampai batas yang belum ditetapkan. Seluruh karyawan wajib minum herbal (gula semut empon-empon) yang kami sediakan," ucap Dinar.

Dihubungi terpisah, Ir Trenggono Trimulyo, MT Kepala Bidang Pangan dan Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo mengimbau kepada masyarakat terutama KWT untuk mengembangkan empon-empon di setiap pekarangan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.

"Selain itu juga meningkatkan kapasitas produksi oalahan biofarmaka masing-masing pengolah/KWT yang bergerak di bidang olahan biofarmaka, mengefektifkan koordinasi dan kemitraan di antara KWT, serta meningkatkan peran Kelompok Ekonomi Petani (KEP) tiap Kapanewon," kata Trenggono sambil menambahkan, bahan baku yang diimbau dikembangkan KWT adalah jahe, kapulaga, serai, dan cengkeh. Untuk hasil produk bisa dilihat situs taniku.kulonprogokab.go.id.(Wid)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB
X