IKPNI Hadiri Upacara Hari Kesaktian Pancasila Tingkat DIY

Photo Author
- Kamis, 2 Oktober 2025 | 08:06 WIB
Cucu pahlawan revolusi Brigjen Katamso, Haryo Katamso (ketiga dari kanan), putera Kolonel Soegiyono, Danny Nugroho dan Ganis Priyono berfoto didepan monumen Pahlawan Pancasila Kentungan.
Cucu pahlawan revolusi Brigjen Katamso, Haryo Katamso (ketiga dari kanan), putera Kolonel Soegiyono, Danny Nugroho dan Ganis Priyono berfoto didepan monumen Pahlawan Pancasila Kentungan.

KRjogja.com - YOGYA - Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila tingkat Provinsi DIY tahun 2025 berlangsung hikmat di Lapangan Museum Monumen Pancasila Kentungan Sleman Yogyakarta, Rabu (1/10/2025). Bertindak sebagai inspektur upacara Wakil Gubernur Akademi Angkatan Udara Marsma Bonang Bayuaji dan komandan upacara Mayor Laut Jalu Triyono. Diwakili ketua DPRD Provinsi D.I. Yogyakarta Nuryadi, seluruh peserta upacara menyatakan ikrar peningkatan kewaspadaan potensi ancaman dan rongrongan terhadap Pancasila dasar negara dan bertekad melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata.

Hadir pada upacara Pelindung dan pengurus Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (IKPNI) DIY yaitu KGPAA Paku Alam X yang sekaligus Wakil Gubernur DIY, ketua GBPH Prabukusumo (Hamengu Buwono IX), Haryo Katamso (Brigjen Katamso), Danny Nugroho dan Ganis Priyono (Kolonel Soegiyono), Purbowijaya (Ki Hadjar Dewantara), Hendro Marwoto (Nyi Ageng Serang) dan Hary Sutrasno (Kasman Singodimedjo). Peserta upacara lainnya adalah pasukan TNI tiga matra, Kepolisian, ASN, pelajar, pramuka, mahasiswa dan tokoh masyarakat Para anggota IKPNI hadir untuk melaksanakan salah satu amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 yaitu terus menumbuhkembangkan jiwa patriotisme dan kepahlawanan.

Baca Juga: Mengenal Pohon Bodhi, Simbol Pencerahan yang Ditanam Megawati di UGM

“Peringatan hari Kesaktian Pancasila mengingatkan segenap warga bangsa, terutama generasi muda untuk tidak lupa kepada sejarah perjalanan bangsa. Sejarah telah menulis begitu banyak pengorbanan untuk mempertahankan dasar negara Pancasila. Termasuk yang dialami keluarga kami dengan kehilangan ayah tercinta yang gugur sebagai pahlawan revolusi. Ke depan setiap kita semua hendaknya selalu setia kepada dasar negara Pancasila dan wajib melaksanakan nilai-nilainya untuk mewujudkan bangsa yang adil dan sejahtera”, demikian tutur salah satu putera Kolonel Anumerta Soegiyono, Ganis Prasetyo yang didampingi cucu Brigjend Anumerta Katamso, Haryo Katamso.

Sementara itu rangkaian upacara yang nampak hikmat dibuka dengan pengheningan cipta, diikuti pembacaan naskah Pancasila, pembacaan pembukaan UUD 1945, naskah ikrar dan ditutup dengan pembacaan doa. Dinyatakan pada ikrar bahwa sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 telah banyak terjadi rongrongan terhadap Pancasila. Penyebabnya adalah kelengahan dan kekurangwaspadaan bangsa Indonesia pada kegiatan upaya menumbangkan Pancasila sebagai ideologi negara. Upaya itu diketahui gagal karena hidupnya semangat kebersamaan berdasar Pancasila. Untuk ke depan, bangsa Indonesia dengan memohon rahmat Tuhan, bertekad mempertahankan dan mengamalkan Pancasila guna memperjuangkan dan menegakkan kebenaran dan keadilan.

Baca Juga: Inilah Logo dan Tema HUT TNI 2025 ke-80 Beserta Rangkaian Puncak Acaranya

Setelah upacara selesai, peserta dengan panduan petugas Dinas Sosial, menuju Museum Monumen Pahlawan Pancasila. Di tempat sakral ini petugas Dinas Sosial Malis Ari Juliyanto mengisahkan sejarah gugurnya pahlawan revolusi Brigjen Anumerta Katamso dan Kolonel Soegiyono. Kedudukan Katamso yang saat itu masih berpangkat Kolonel adalah Komandan Korem 072 Pamungkas, sedang Letnan Kolonel (Letkol) Soegiyono adalah kepala staf. Pada 1 Oktober 1965 pukul 07.00 WIB, Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta telah menyiarkan informasi adanya Gerakan 30 September dan pembentukan Dewan Revolusi. Sebagai pimpinan Korem 072 di Yogyakarta, Kolonel Katamso menanggapi hal tersebut dengan hati-hati.

Namun ternyata perbuatan biadab pembunuhan telah direncanakan. Sekitar pukul 16.00 wib, tiga orang menjemput Kolonel Katamso di kediamannya. Pukul 18.00 Letkol Soegiyono yang baru datang dari dinas di Semarang dijemput di ruangannya di markas Korem 072. Seseorang yang kemudian diketahui bernama Peltu Sumardi dan beberapa anak buahnya dengan ancaman pistol memaksa Letkol Soegiyono dibawa ke suatu tempat, yang kemudian diketahui sebagai Markas Komando Batalyon ‘L’ Kentungan. Di markas itu Sumardi menyerahkan Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono kepada Komandan Batalyon ‘L’, Mayor Wisnuraji.

Baca Juga: Poem Bengsing Rilis Album, Buat Konser Bertajuk 'Blendrang'

Atas perintah Komandan Batalyon ‘L’, Mayor Wisnuraji, pada sekitar pukul 24.00 Sumardi bersama beberapa rekannya melaksanakan eksekusi pembunuhan secara kejam dan tanpa perikemanusiaan terhadap Kolonel Katamso dan Letkol Soegiyono. Pembunuhan terlebih dahulu dilakukan terhadap Letkol Soegiyono dengan cara memukul kepala dengan kunci mortir dan dimasukkan ke lubang yang telah disiapkan. Untuk memastikan korban telah meninggal ditimpakanlah batu-batu besar ke dalam lubang. Selanjutnya terhadap Kolonel Katamso dengan cara yang sama.

Atas jasa-jasanya yang luar biasa, bahkan telah gugur sebagai kusuma bangsa, negara kemudian memberikan penghargaan menetapkan keduanya sebagai Pahlawa Revolusi dan memberikan kenaikan pangkat anumerta menjadi Brigadir Jenderal Anumerta kepada Katamso dan Kolonel Anumerta kepada Soegiyono. Setelah ditemukan jasadnya, keduanya dimakamkan dengan upacara militer di Makam Pahlawan Nasional Kusumanegara Yogyakarta dengan inspektur upacara Pangdam VII Diponegoro Brigjen Suryo Sumpeno. Peristiwa gugurnya para pahlawan revolusi itu dicatat sebagai salah satu momen kelam dalam sejarah Indonesia.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB
X