diy

Kalau Piyungan Tutup, Kalurahan Ini Justru Senang Panen Sampah, Apa Alasannya?

Selasa, 28 Juni 2022 | 12:47 WIB
Lokasi Kupas Panggungharjo yang bisa merdeka atasi persoalan sampah (foto: Harminanto)

BANTUL, KRJOGJA.com - Persoalan sampah masih menjadi hal sangat serius di DIY, apalagi ketika Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Piyungan ditutup.

Namun ternyata, satu kalurahan di Bantul yakni Panggungharjo, Sewon tidak terpengaruh meski Piyungan ditutup berhari-hari, justru malah sebaliknya, mereka senang dengan situasi tersebut.

Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi mengungkap kalurahan yang dipimpinnya sudah memiliki sistem pengelolaan sampah sendiri sejak 2013 silam dan berkembang saat ini.

Pengelolaan sampah di Panggungharjo dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan nama Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas).

“Kami baru saja berinvestasi Rp 1,8 miliar yang diambilkan dari APBDes untuk mendatangkan alat pemilah sampah. Dengan alat ini, tiga line pemilahan kita bisa olah 180 ton perhari, setara 30 ribu keluarga, kurang lebih satu kawasan pemukiman. Kami mulai uji fungsi, besok ujicoba kapasitas full lalu 1 Juli mulai beroperasi dengan baik,” ungkapnya ketika berbincang dengan wartawan DPRD DIY di Kupas Panggungharjo, Selasa (28/6/2022) pagi.

Saat ini ada sekitar 1.600 keluarga yang menjadi pelanggan Kupas Panggungharjo, mereka membuang sampah setiap hari dengan rerata 75 kilogram sebulan (setiap KK). Jumlah sampah yang dikelola setiap hari mencapai 4,5 ton yang sekaligus jadi sumber pemasukan.

“Sumber pendapatan Kupas ini dari retribusi, dan rosok. Perbulan pemasukan total saat ini Rp 60 juta, namun setelah mesin pemilah yang ada ini beroperasi bisa dapat Rp 350 juta perbulan,” sambung Wahyudi yang juga diamini Arif Rohman, Direktur BUMDes Panggungharjo.

Sistem kerja Kupas Panggungharjo meliputi hulu hingga hilir mulai mengambil sampah rumah tangga, dipilah dan menghasilkan empat jenis yakni plastik, logam, kaca dan kertas. Empat jenis tersebut dibagi kembali untuk meningkatkan nilai sampah itu.

“Sekarang kami punya pemasukan Rp 17 juta perbulan dari rosok saja, nah dengan mesin baru bisa lebih lagi tiga kali lipat karena proses pemilahannya semakin detail. Jadi, kalau Piyungan tutup itu, kami malah senang karena berarti komoditas sebutan bagi sampah dari kami akan bertambah lagi, pemasukan bertambah,” tandas Wahyudi tersenyum.

Perjalanan Kupas Panggungharjo memang tak mulus begitu saja karena mereka harus menjalani perubahan sistem menyesuaikan pola kebiasaan masyarakat. Bertambahnya populasi manusia, keengganam rumah tangga melakukan pemilahan sejak awal menjadi tantangan yang akhirnya diurai oleh Kupas Panggungharjo.

“Kami akhirnya membuat sistem, retribusi berdasarkan kilogram sampah dengan Rp 750 perkilogramnya, maka perbulan untuk satu rumah tangga sekitar Rp 55 ribu. Kalau merasa kemahalan maka kami beri pilihan, pilahlah sampahmu sejak awal atau kurangi sampahmu. Kami menemukan fakta sisa makanan kita kelola itu ratusan kilogram sehari, ini yang terjadi, dan kami dorong untuk mengurangi konsumsi agar tidak menjadi sampah,” lanjut Wahyudi.

Arif Rohman, Direktur BUMDes Panggungharjo menambahkan pemilahan sampah dilakukan untuk mengubah sampah menjadi produk antara untuk mendukung industri. Ada empat komoditas yakni pertama rosok untuk industri daur ulang (15 persen), bubur organik (60 persen) mendukung industri pupuk dan peternakan magot, plastik yang memuai panas (12 persen) suplai industri komposit.

“Sisanya residu kita ubah menjadi abu untuk kebutuhan lainnya. Kami berharap pemerintah daerah berperan membantu menciptakan ekosistem industri melalui regulasi yang dibangun untuk memperkuat ekosistem rantai pasok industri pengelolaan sampah,” lanjutnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY, Lilik Syaiful Ahmad, sangat antusias melihat Kupas Panggungharjo yang berhasil merdeka dari persoalan sampah bahkan mengubahnya menjadi Rupiah. Komisi C menurut Lilik akan berupaya mendorong kebijakan adanya pengelolaan sampah di tiap kalurahan dan desa.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB