BANTUL, KRJOGJA.com- Seiring meningkatnya intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah wilayah dataran tinggi di Kabupaten Bantul yang berpotensi terjadi bencana longsor dan banjir diminta meningkatkan kewaspadaan. Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul memprediksi puncak musim penghujan awal November hingga akhir Mei 2022.
Sementara jajaran Sabhara Polres Bantul menggelar patroli antisipasi bencana alam, banjir, tanah longsor dan Pohon tumbang. Kasat Sabhara Polres Bantul Polda DIY, AKP Slamet Subiyantoro SH mengatakan,  patroli antisipasi bencana alam dilakukan di Sungai Winongo,  Sungai Opak, Sungai Celeng  hingga. Pemantauan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi potensi banjir. "Kami terus melakukan pemantauan dilapangan bentuk antisipasi dilapangan," ujarnya.
Lurah Desa Srimartani Piyungan Mulyana mengatakan, dari 17 dusun di wilayahnya beberapa masuk zona merah atau rawan longsor. Meski begitu tidak semua wilayah dalam satu dusun berada di kawasan rawan longsor. "Mungkin dalam satu dusun masuk zona merah hanya beberapa. Artinya tidak semua pemukiman warga berada di zona merah itu berada didaerah membahayakan," jelasnya.
Mulyana mengungkapkan, setiap musim penghujan potensi terjadinya bencana longsor selalu jadi perhatian serius pemerintah kelurahan. Oleh karena itu pihaknya mempersiapkan segalanya termasuk optimalisasi peran dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). "FPRB kami siaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk antisipasi ataupun penanganan kebencanaan di Srimartani," ujarnya.
Sementara Plt Kepala BPBD Kabupaten Bantul, Agus Yuli ST mengungkapkan, pihaknya sudah koordinasi dengan sejumlah pihak mengantisipasi bencana hidrometeorologi. BPBD Bantul tidak mau menyepelekan potensi bencana alam di Bantul bertepatan musim penghujan tahun ini. "Kami sudah berdiskusi dengan narasumber dari BMKG Sleman dikatakan bahwa hujan sudah mulai akhir Oktober lalu hingga Mei atau sekitar 7 bulan," ujar Agus Yuli.