diy

Sistim Online Tak Efektif, PGRI Sleman Dukung Pembelajaran Tatap Muka

Jumat, 21 Agustus 2020 | 13:31 WIB

SLEMAN, KRJOGJA.com - Terkait rencana dibukanya sekolah di zona hijau dan kuning, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sleman sangat mendukung hal tersebut. Dukungan ini dilatarbelakangi karena pembelajaran secara online dinilai masih kurang efektif. Khususnya dalam membentuk karakter siswa dan memantau kemampuan tiap siswa dalam menerima materi pelajaran.

Ketua PGRI Sleman Sudiyo SAg MPd mengaku sangat setuju manakala pembelajaran tatap muka di zona kuning dan hijau dilaksanakan meski tak menampik saat ini semua dihadapkan dua pilihan yang sama-sama berat. Di satu sisi apakah pembelajaran yang tidak maksimal terjadi di satu generasi. Namun di sisi lain juga semua berharap pandemi Covid-19 segera berakhir.

"Dari dilematis itu, kami bersikap di tengah-tengahnya. Mendukung pembelajaran tatap muka. Tapi semua harus dijaga agar tidak ada klaster baru," terang Sudiyo saat dikonfirmasi, Kamis (20/8/2020).

Menurut Sudiyo, pembelajaran tatap muka ini bisa dilakukan namun pihak sekolah juga harus disiplin menerapkan protokol kesehatan. Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi dua. Kelompok pertama masuk sekolah, sisanya tetap melaksanakan pembelajaran dari rumah. Selain itu guru dan siswa juga tidak perlu berjabat tangan seperti saat sebelum ada pandemi Covid-19.

Sudiyo mengungkapkan, jika siswa melaksanakan pembelajaran tatap muka, tempat duduk diatur agar tetap menjaga jarak. Selain itu semua guru dan siswa wajib memakai masker. "Agar tidak terjadi kerumunan, jam pelajaran maksimal tiga jam tanpa istirahat. Misalnya masuk pukul 07.00 hingga pukul 10.00. Itu masih dalam standar kemampuan anak untuk konsentrasi menerima pelajaran," urai Sudiyo.

Sudiyo menegaskan, pembelajaran tidak bisa dilakukan secara daring terus-menerus. Interaksi antara guru dengan siswa akan terbentuk sebuah karakter yang hal itu menjadi tujuan utama. "Ada pelajaran yang tidak bisa dilakukan secara daring. Untuk jenjang sekolah tingkat bawah di SD, guru tidak bisa memantau siswanya bisa baca tulis atau belum. Di tingkat SMA, ada pelajaran praktik seperti elektro, bengkel dan bangunan. Peran guru tidak akan tergantikan dengan media elektronik," tandas Sudiyo.

Dengan pembelajaran tatap muka, lanjut Sudiyo, juga bisa membentuk ikatan emosional antara guru dan murid. Pembentukan karakter siswa harus tetap diupayakan di tengah pandemi Covid-19. "Kita tidak ingin satu generasi yang terjadi kegagalan dalam pendidikan di satu periode atau generasi. Ini yang tidak kita inginkan," ujar Sudiyo.

Sudiyo menambahkan, pembelajaran tatap muka ini bisa dilakukan dengan persetujuan dari orangtua. Kalau ada orangtua yang tidak setuju, siswa tetap bisa melaksanakan pembelajaran dari rumah. Hal ini juga tidak akan mempengaruhi penilaian sekolah terhadap siswa.(Aha)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB