BANTUL, KRJOGJA.com - Pemerintah Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri Bantul terus melakukan pendataan warga yang singgah di zona merah atau berpotensi terjadinya longsor. Langkah tersebut diambil dalam upaya memberikan rasa aman dan nyaman bagi rakyat Sriharjo. Selain ancaman tanah longsor, Desa Sriharjo juga menghadapi persoalan banjir yang terus mengintai beberapa rumah warga.
"Untuk korban badai Cempaka tahun 2017 memang sudah kami tempatkan di hunian Sompok. Tetapi kami juga diminta mengirimkan 'by name' enam warga yang berada di zona merah rawan longsor. Data tersebut sebagai acuan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan rumah hunian di zona aman," ujar Lurah Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri, Titik Istiwayatun Khasanah, SPd, Senin (8/6/2020).
Dijelaskan untuk dijelaskan untuk wilayah Desa Sriharjo memang hingga saat ini ini ada warga tinggal di daerah yang berpotensi terjadinya tanah longsor. Mereka berada di Dusun Wunut, Dusun Sompok serta Pengkol. Ditiga dusun tersebut, ada beberapa warga yang rumahnya berada di daerah rawan longsor. Dengan kondisi seperti itu, tentunya pemerintah desa sangat berharap masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu ada beberapa rumah warga di Dusun Dogongan berada di daerah rawan banjjr. Pemdes tentu mengupayakan mereka yang di zona berbahaya baik longsor dan banjir bisa secepatnya dipindahkan ke hunian aman. Terpisah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Drs Dwi Daryanto MSi mengatakan, dari jumlah 2.232 KK di daerah rawan longsor. BPBD Bantul sudah merelokasi 165 KK. Pihaknya terus berusaha mengurangi jumlah KK yang hingga kini masih tinggal.(Roy)