BANTUL, KRJOGJA.com - Konsumsi gas non subsidi di Bantul dikeluhkan anjlok 40 persen. Sementara penurunan konsumsi gas non subsidi justru dikhawatirkan membuat permintaan gas bersubsidi (gas melon) naik dan warga mampu justru banyak beralih menggunakan gas melon.
Wakil Ketua Bidang Elpiji Non Subsidi Himpunan Pengusaha Swasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Ronny Hendro kepada KRJOGJA.com, Minggu (10/5/2020) menuturkan dampak pandemi Covid-19 merambah diseluruh sektor perekonomian termasuk sektor usaha minyak dan gas mengalami penurunan signifikan. Ronny menjelaskan, penurunan konsumsi gas non subsidi mencapai 40 persen lantaran banyaknya hotel, restoran dan industri yang tutup bahkan mengurangi jam operasional bahkan karyawan.
Ditanya mengenai rumah tangga yang mengalihkan konsumsi gas yang semula gas non subsidi (bright gas dan gas 12 kg) menjadi gas melon, Ronny menegaskan potensi alih konsumsi ini sangat mungkin terjadi pada masa pandemi Covid-19.
"Bisa saja terjadi warga korban PHK atau dirumahkan atau sebelumnya ada usaha namun saat ini terpaksa berhenti, merela harus berhemat. Yang semula memakai gas non subsidi sekarang supaya lebih irit memakai gas melon. Kita tidak tahu kejadian seperti ini di lapangan," urai Ronny.
Adapun penurunan ini dirasakan hampir semua agen-agen gas non subsidi di seluruh DIY. Rata-rata penurunan kisaran 40 hingga 50 persen.
Terpisah, Anggota Komisi B DPRD Bantul, Saryanto mengaku khawatir dengan kondisi pandemi Covid-19 yang terus berlangsung dan perekonomian terpuruk, sehingga warga rawan warga beralih mengkonsumsi gas melon yang harganya lebih murah.
"Kami khawatir nantinya permintaan gas melon meningkat dan warga yang mendapatkannya justru orang-orang mampu. Sementara warga miskin malah tidak kebagian," keluhnya.
Ia kemudian mengusulkan kepada Dinas Perdagangan (Disdag) dan Pertamina untuk dapat membuat skema distribusi gas melon yang tepat sasaran selama masa pandemi Covid-19. (Aje)