KRjogja.com - JAKARTA - Jesuit Indonesia menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Prospek Ekonomi Indonesia di Era Pemerintahan Baru: Tantangan, Peluang & Catatan”, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Kamis (30/5/2024). Narasumber seminar meliputi Mari Elka Pangestu (Praktisi Ekonomi), C. Harinowo (Komisaris BCA), dengan moderator Eduardus Tandelilin (Guru Besar FEB UGM).
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI dalam sambutan kunci (keynotes speech), mengatakan setidaknya terdapat empat hal ekonomi global yang mempengaruhi perekonomian Indonesia pada saat ini dan masa mendatang yakni higher for longer, tekanan geopolitik, perubahan iklim, dan digitalisasi. Secara implisit, Menkeu RI menyebut keempat hal tersebut menjadi tantangan yang dihadapi pemerintahan baru mendatang.
Higher for longer (HfL) diindikasikan dengan lingkungan suku bunga tinggi menimbulkan tantangan untuk stabilitas moneter, fiskal dan sektor keuangan. Secara lebih detil HfL yang terjadi ditunjukkan dari kenaikan volatilitas pasar keuangan di negara berkembang, pemburukan kondisi fiskal, pengeluaran dan investasi menurun.
Baca Juga: PGN Sebagai Solusi Energi Terintegrasi di Masa Transisi Energi
Selanjutnya menurut Sri Mulyani, tekanan geopolitik (konflik dan perang) dapat menyebabkan meningkatnya gangguan pasokan serta mengurangi perdagangan dan investasi global. Kondisi tersebut menjadikan terjadinya pergeseran kekuatan global.
“Perubahan iklim menjadi sumber ancaman terhadap kesehatan, keamanan, ekonomi, kesejahteraan dan di sisi lain memberikan peluang untuk beralih menuju ekonomi hijau”, jelas Menkeu RI.
Menurut Sri Mulyani, perubahan iklim tersebut juga dapat mendorong inovasi kendaraan listrik serta percepatan transisi energi dan industri hijau. Catatan penting dari Sri Mulyani adalah digitalisasi. Dengan majunya teknologi digital dapat menjadi salah satu faktor pendorong kemajuan ekonomi namun tetap memiliki risiko yang diantisipasi.
“Pemerintahan baru mendatang harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari 5 persen menjadi 6-7 persen per tahun,” harap Mari Elka Pangestu yang mantan Menteri Perdagangan RI.
Untuk itu Mari merekomendasikan antara lain, meningkatkan produktivitas atau menurunkan ICOR (Incremental Capital Output Ratio), khususnya untuk sumber daya manusia, infrastruktur dan tata kelola pemerintahan.
Baca Juga: Pro Kontra TAPERA
Kemudian mendorong iklim bisnis yang mampu meningkatkan PMA dan sektor-sektor industri yang berorientasi ekspo, serta meningkatkan tabungan pemerintahan.
“Ekonomi hijau khususnya energi hijau menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di masa depan,” jelas Harinowo.
Menurut Harinowo, Indonesia mempuyai sumber-sumber energi hijau yang melimpah seperti matahari, angin, air dan panas bumi. Energi hijau adalah energi bersih yang tidak mencemari atau menambah polutan di atmosfer. Dalam memanfaatkan energi hijau harus disiapkan sumber daya manusia dan teknologi agar hasilnya optimal.
"Seminar dihadiri sekitar 300 peserta yang mewakili akademisi, pengusaha, perbankan dan lembaga pemerintah”, jelas Y. Sri Susilo, Dosen FBE UAJY.
Hadir pula narasumber Romo B. Hari Juliawan, SJ (Provinsial Serikat Jesuit), Yanuar Nugroho (Praktisi Kebijakan Publik) dan G. Hendra Lembong dengan moderator Yustinus Prastowo (Staf Khusus Menteri Keuangan RI).
Baca Juga: Terapi Pencegahan Penting untuk Mengeliminasi TBC