SERANGKAIAN jadwal meeting dan seabrek persiapan event fashion tengah menggelayuti desainer muda, Dewi Ranaya.Â
"Lagi prepare untuk event ‘Mahakarya Borobudur’ tanggal 22 Juli 2017 di pelataran Candi Borobudur Magelang. Saya dan anggota APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) Yogya, diwajibkan menampilkan karya yang ‘cetar’. Pokoknya master piece lah," terang Dewi kepada wartawam di rumah sekaligus gerai batiknya di Namburan Kidul 64, Yogyakarta.
Saat disinggung karya apa yang hendak ditampilkan, Dewi Ranaya langsung ‘mengunci mulut’. “Pokoknya surprise. Rahasia lah. Intinya karya yang hendak saya tampilkan belum pernah ditampilkan di ajang lain. Perdana di event ini (Mahakarya Borobudur),†jelas bendara APPMI Yogya ini.Â
Konsistensi Dewi memilih jalur fashion (batik) cukup teruji sejak tahun 2010. Berangkat dari hobi dan suka dengan hal yang berbau fashion serta batik, Dewi lantas mengikuti sekolah desainer. Disitu bakat ibu dua anak makin terasah. Hanya butuh waktu 1 tahun, Dewi sudah melahirkan karya yang bisa diterima publik.Â
"Awalnya takut juga sih. Apa karya saya bisa diterima orang lain. Maklum masih tahap belajar. Ya, Alhamdullilah dapat respon baik dari pasar,†imbuh Dewi yang beberapa kali ikut Indonesia Fashoin Week.
Ciri khas dari karya ‘Ranaya Batik’ adalah memadukan batik tulis/cap dengan unsur hijab modern. Dalam konsep karya tersebut, Dewi sengaja mengangkat batik sebagai warisan budaya, yang dikombinasi dengan sentuhan religiusitas.Â
"Wanita harus tetap cantik dengan modern hijab batik. Karena mayoritas karya saya untuk pasar wanita muslim. Tapi saya juga membuat karya lain yang lebih universal. Sedangkan untuk warna, ciri khas ‘Ranaya Batik’ adalah warna-warna pastel yang cerah, berasal dari alam,†tandas Dewi yang bercita-cita membuat show tunggal.