Tadarus Pakai Bahasa Isyarat, Yuk Tengok Ponpes Tunarungu Jamhariyah Sleman
Semua Punya Hak Sama
Dengan tekad dan kesabarannya, pemuda asal Sumatra ini membimbing santri-santri di sana bersama para pendamping. Ini dalam rangka memenuhi hak-hak pendidikan formal dan agama Islam yang sulit mereka akses di luar. Ketidak mampuan mendengar anak didiknya, membuat Randi ingin memiliki tempat bersekolah bagi peserta didik tunarungu.
Tak hanya menguatkan soal agama, Pondok Pesantren Tunarungu – Tuli Jamhariyah juga berupaya menguatkan nilai-nilai pendidikan akademik kepada para santrinya. Mereka diajarkan berbagai mata pelajaran mulai dari matematika hingga ilmu sosial lainnya.
Ada misi khusus yang ingin ia kemas dan hantarkan kepada anak didiknya yakni kecukupan ilmu agama dan ilmu dunia agar mereka bisa menjalankan kehidupan yang sama dengan yang lain.
“Waktu itu di tahun 2013-2014, saya tergugah karena melihat image orang tuli yang masih belum baik karena bullying dan sering dianggap sebagai subjek yang tidak terbantu. Lalu ada juga yang menganggap kalo orang-orang tuli ini mengganggu gitu, ini karena komunikasinya yang tidak nyambung. Karena mereka biasanya hanya bergabung di komunitasnya aja ya,” katanya.
Tak ada patokan biaya bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya di sini. Namun demikian, ia bersama 10 pengajar di sini senantiasa memaksimalkan pengajaran dengan tetap mengutamakan kualitas agar ilmu yang didapat bisa diamalkan dengan efektif terutama setelah lulus dari pondok tersebut.
Secara bergantian mereka mulai mengajar sejak pagi pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB.
“Di sini guru formal atau akademis itu ada tujuh orang, termasuk santri dewasa yang sudah lulus SMA nah kami karyakan juga untuk membantu adik-adiknya, ada yang nyambi kuliah juga. Untuk khusus Al-Qur'an ada 4,” terang Randi.
Randi pun menaruh harapan agar para santrinya kelak bisa sukses dan mandiri, termasuk saling membantu antar sesama.
“Yang jelas harapan kami, ingin mereka sukses dan mandiri, ingin mereka saling membantu, sehingga tidak ada lagi image yang menganggap teman-teman tunarungu menjadi beban. Kami berharap mereka sebagaimana manusia pada umumnya. Dari segi agama juga kami inginkan agar mereka bisa mengamalkan sisi keagamaannya sesuai ajaran Allah dan rasulnya, tidak sekedar hidup, bekerja, makan, nikah namun bisa mandiri dan bermanfaat di dunia dan akhirat,” tandasnya. (*)