MENAPAKI sepuluh hari terakhir Ramadan, setiap mukmin berpuasa dianjurkan semakin konsentrasi dalam beribadah. Ibarat orang ikut lomba lari marathon, semakin mendekati garis finis, maka dia akan semakin kencang dalam berlari, seluruh tenaganya dikeluarkan untuk mencapai garis penghabisan bahkan berazam menjadi sang pemenang.
Dalam banyak riwayat dijelaskan, di sepuluh hari terakhir ini Allah menjanjikan kebaikan yang nilainya tak terhingga, yaitu malam al-Qadr. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qadr: 3 "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan".
Disebut malam a-Qadr paling tidak memiliki dua makna; Pertama, menurut Ali Asshabuny, dinamakan malam al-Qadr karena kemuliaan malam tersebut mengalahkan kemuliaan malam, hari dan bulan yang lain. Di malam tersebut Allah tunjukkan keagungan, kesucian dan kelembutanNYA sebagai tanda bukti kemuliaan turunnya Alquran, sebagaimana ungakapan orang Arab fulan dzu qadrin 'adzim (fulan punya kemuliaan nan agung).
Kedua, al-Qadr bermakna ketetapan (taqdir) di mana pada malam tersebut Allah menurunkan ketetapanNYA tentang kehidupan, kematian dan rezeki. Pendapat yang kedua ini merujuk pada firman Allah dalam surat al-Dukhan: 3-4 "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Alquran) pada suatu malam yang diberkahi. Dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah".
Salam Damai Malam al-Qadr
Malam al-Qadr sebenarnya juga membawa misi malam perdamaian (salam), di mana ayat kelima dari surat al-Qadr tersebut diakhiri dengan kata "salamun" yang berarti keselamatan, perdamaian dan ketenteraman. Pesan perdamaian ini menjadi isyarat bahwa untuk mendapatkan malam al-Qadr, meski bersifat privasi akan tetapi dampak dari kemuliaan malam tersebut harus bisa dirasakan oleh banyak orang, yaitu menciptakan perdamaian dan keselamatan.
Al-Sa'dy dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kata salam berarti keselamatan dari setiap kejahatan dan marabahaya yang demikian itu dikarenakan melimpahnya kebaikan dan kedamaian. Keselamatan dan perdamaian yang dimaksud pada penutup surat al-Qadr tersebut tentu tidak saja hanya berlaku pada saat malam al-Qadr, lebih dari itu pesan perdamaian tersebut harusnya mengikat pada setiap diri seorang muslim untuk selalu menebar perdaiaman dan keselamatan bagi orang-orang di sekitarnya. Â
Selain itu makna dan fungsi malam al-Qadr juga terletak sejauh mana seseorang yang ingin mendapatkan kebaikan malam tersebut terus menerus menyampaikan pesan damai, dan menghindarkan diri dari hal-hal yang membuat orang lain tidak nyaman. Sebagaimana karakter mukmin sejati adalah membuat orang lain merasa aman dari ancaman kejahatan lisan dan perbuatannya, demikian Nabi Muhammad mensabdakannya.