Tak Hanya di Mesir, Sosok Kucing Banyak Ditemukan di Prasasti dan Naskah Kuno Nusantara

Photo Author
- Minggu, 13 April 2025 | 09:30 WIB
Anak-anak kucing (pexels)
Anak-anak kucing (pexels)

KRjogja.com - CATATAN sejarah yang ada di prasasti Tuk Mas, peninggalan abad ke-7 Masehi di Jawa Tengah, menjadi bukti tertua yang menggambarkan hubungan manusia dan kucing di Nusantara. Pada relief prasasti ini, kucing diukir di antara simbol kemakmuran seperti padi dan mata air.

Mengutip dari berbagai sumber, keberadaan kucing dalam relief tersebut merupakan gambaran peran kucing sebagai penjaga lumbung padi dari hama tikus. Sekaligus menjadi simbol keseimbangan alam dalam kebudayaan agraris Jawa Kuno.

Prasasti Batu Tulis (1533 M) di Sunda Kuno memperkuat bukti sejarah ini. Dalam prasasti berbahasa Sunda Kuno, kata meong (kucing) disebut sebagai hewan peliharaan tokoh penting kerajaan.

Baca Juga: Nama Titik Puspa Ternyata Pemberian Presiden Soekarno

Teks prasasti mencatat pemberian kucing kepada seorang bangsawan sebagai bentuk penghargaan. Dalam Prasasti Canggal (732 M) dari era Kerajaan Mataram Kuno menyimpan keunikan tersembunyi.

Simbol kucing kecil di sudut prasasti merupakan tanda tangan empu pembuat prasasti yang mencintai kucing. Naskah Kakawin Ramayana versi Jawa Kuno, yang ditulis sekitar abad ke-9, menyebut kucing sebagai sahabat setia penghuni istana.

Deskripsi ini selaras dengan temuan relief di Candi Borobudur yang menggambarkan hewan mirip kucing di antara ukiran flora dan fauna. Meski tidak eksplisit, kucing telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa pada masa itu.

Baca Juga: Ketua PWI LS Bantul: Pemerintah Harus Hadir Menangani Polemik Ba'Alawi

Prasasti dan naskah kuno juga mengisyaratkan peran kucing dalam aspek spiritual. Dalam kepercayaan Hindu-Buddha yang berkembang di Jawa, kucing kerap dikaitkan dengan dewi kesuburan, Dewi Sri.

Prasasti Tuk Mas menampilkan perpaduan gambar kucing dengan simbol padi yang dihubungkan dengan pemujaan terhadap seorang dewi. Tradisi Jawa bernama tedhak siti yang didokumentasikan dalam naskah Serat Centhini tahun 1814

Tradisi ini memasukkan kucing sebagai bagian dari rangkaian upacara. Praktik ini berakar dari kepercayaan kuno bahwa kucing mampu mengusir roh jahat.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

21 November, Selamat Hari Ikan Nasional

Jumat, 21 November 2025 | 17:30 WIB

Sejarah Majapahit dalam Serat Babad Tanah Jawi

Kamis, 6 November 2025 | 17:30 WIB

22 Oktober, Hari Santri Nasional

Rabu, 22 Oktober 2025 | 09:50 WIB

Gerakan 30 September, Sejarah Kelam Indonesia

Selasa, 30 September 2025 | 12:10 WIB

Pejuang Emansipasi Wanita, Siapakah Kartini?

Senin, 21 April 2025 | 08:30 WIB
X