Karier Zaky berawal dari keaktifannya di dunia teknologi dan entrepreneurship sewaktu di ITB. Saat itu, mendapatkan tawaran mengerjakan software quickcount pemilu dengan nilai 1,5 juta untuk sebuah stasiun televisi nasional. Setelah lulus dari ITB, mendirikan perusahaan jasa konsultasi teknologi bernama Suitmedia.Â
Dunia entrepreneurship tampaknya dekat dengan kehidupan pria kelahiran tahun 1986 ini karena sempat mencoba untuk membuka usaha kuliner mi ayam dengan sewaktu kuliah yang akhirnya bangkrut. Sedangkan, modalnya berasal darfi hadiah menang dari berbagai perlombaan.
"Waktu itu kami keracunan virus entrepreneurship, pas ngumpul sama teman-teman tiba-tiba kepikiran dan pengen bikin warung mie. Uang saya dari lomba habis semua kesedot kesitu karena bangkrut. Takut dan trauma rasanya waktu itu, tapi saya berpikir ini seperti sekolah, mahal sekali biayanya, saya yakin ada pelajaran berharga," ungkap Achmad Zaky saat diskusi publik 'The New Cool: Entrepreuner Muslim, Muda, Berkarya," di Masjid Mardliyah UGM, Yogyakarta, belum lama ini.
Bermodal pengalaman membangun sistem IT banyak perusahaan besar, Zaky lantas terpikir untuk membuat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi banyak orang. Dari sinilah, Bukalapak.com mulai dirintis pada tahun 2010. Mimpinya, mengubah hidup banyak orang dengan memajukan UMKM lewat internet. Code base Bukalapak diselesaikan dalam waktu dua bulan.Â
Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mall untuk bergabung di Bukalapak. Tetapi, respon yang diberikan oleh mereka sangat kecil. Klien pertama yang di dapat justru dari pedagang kecil. Ketika ditanya mengapa mereka mau bergabung, alasannya adalah karena barang mereka di toko tidak laku.Â
Karena itu, mereka meminta bantuan Zaky untuk menjualnya di Bukalapak. Sejak itu, fokus mengajak para pelaku UMKM yang belum begitu berkembang. Pada tahun 2011, sudah ada sekitar 10.000 pedagang yang bergabung di Bukalapak.
Setelah sukses, Zaky berusaha menabarkan virus kewirausahaan kepada masyarakat, terutama para mahasiswa agar mampu membuka lapangan pekerjaan. Menurutnya, modal utama saat berwirausaha bukan dana dengan nominal besar, melainkan langsung beraksi (action).Â