inspirasi

Dipaksa Larangan Orde Baru, Ibu ini Sukses Berdagang Kartu Pos Batik

Jumat, 21 April 2017 | 05:25 WIB

PELARANGAN budaya Tionghoa semasa orde baru, mendorong Witari Aryani (44), mau tak mau mempelajari budaya Jawa. Tapi alih-alih terpaksa, Ani justru menggandrungi hal tersebut.

Kecintaannya pada budaya Jawa bermula semenjak kecil. Tinggal di Pejaksen Lor, Ani hidup di lingkungan yang multikultur. Beragam etnis mulai dari Jawa, Batak, dan Tionghoa hidup berdampingan.

Ia dan kawan-kawannya yang beragam itupun kerap bermain bersama. Di gang sempit depan rumahnya semasa kecil. Mereka juga acapkali berangkat bersama ke sekolah semasa menjadi adik kelas Anies Baswedan di SMA 2 Yogyakarta.

"Dan (ketika bersama teman) itu bahasa jawa jadi sarana komunikasi kita. Saya pun kalau matur ke orang tua pakai bahasa krama," ungkapnya yang justru mengaku tak bisa bahasa Mandarin sama sekali.




Ujian bahasa jawa semasa sekolah menjadi bukti ketekunannya. Nilai sembilan tercantum dalam ijazah hasil ujiannya sebagai lulusan SMP Stella Duce."Jarang waktu itu nilai 9," ungkapnya.

Beranjak dewasa, Ani awalnya berkarir sebagai Accounting officer di sebuah perusahaan kredit motor. Dirinya berpindah-pindah penempatan dari Manado, Purwokerto, dan Jakarta. Namun kerinduannya atas Yogyakarta dan budaya Jawa, dan penolakan atasan untuk menempatkannya di kampung halaman, membuat Ani resign pada tahun 2009."Saya ingin di Jogja. Kangen saja," kenangnya sembari tertawa teringat masa lalu.

    Tak Sengaja Mengenal Batik

Halaman:

Tags

Terkini

Berikut Ide Kerja Sampingan Mudah dengan Modal Minim

Selasa, 21 Februari 2023 | 15:47 WIB

Olah Limbah Biomassa Jadi Bahan Bakar Kompor Gas

Senin, 26 September 2022 | 12:16 WIB