JAKARTA, KRJOGJA.com -Tahun 2020 merupakan tahun terberat, namun Bank Rakyat Indonesia (BRI) masih berhasil melewatinya dengan sehat dan kuat, terbukti BRI berhasil mengumpulkan laba yang cukup positif. Selama tahun 2020, BRI berhasil mengumpulkan laba sebesar Rp 18,66 triliun. Namun bila dibanding tahun 2019, perolehan laba ini turun tajam sekitar 45,72 persen dari Rp 34,41 triliun. Penurunan laba ini juga dikarenakan BRI melakukan pencadangan yang cukup besar terutama untuk meng-cover penyelamatan UMKM, sehingga total pencadangan BRI saat ini mencapai 237,73 persen.
"Tahun 2020 memang situasinya sangat tidak formal, tetapi masih menghasilkan laba yang positif . Labai BRI selama tahun sebesar Rp 18,66 triliun, kalau dibandingkan tahun lalu pasti mengalami penurunan. .Bahkan BRI juga pernah ada satu bulan tidak membukukan laba sama sekali, karena ketika itu kita mengoperasikan seluruh resources kita untuk melakukan penyelamatan terhadap nasabah kami terutama UMKM namun pada kuartal III dan kuartal IV, BRI sudah membuka laba sekitar 14,02 persen,†kata Dirut BRI Sunarso pada paparan kinerja kuartal IV tahun 2020, secara virtual di, Jakarta, Jumat (29/1).
Sementara untuk kredit, menurut Sunarso, BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 938,37 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 3,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 903,20 triliun. Adapun kredit yang disalurkan tersebut paling besar ke sektor UMKM yakni mencapai 82,13 persen Dengan pertumbuhan kredit mikro tumbuh 14,8 persen, kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88 persen dan kredit konsumer tumbuh 2,26 persen. “Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentuh angka 82,13 persen dari total seluruh kredit BRI,†ujarnya.
Namun tantangannya sekarang adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Strateginya yakni BRI akan fokus di dua area, pertama, yang existing kita naik kelaskan. Kedua, cari sumber pertumbuhan baru, yaitu mencari yang lebih kecil daripada mikro.
Sementara untuk kredit bermasalah atau rasio NPL BRI Group yang tercatat 2,99 persen dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen. Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara sustainable melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik.
Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,78 persen menjadi sebesar Rp.1.121,10 triliun DPK mengalami pertumbuhan 9,78 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 1.021,0 triliun. dengan komposisi dana murah (CASA) mencapai 59,67 persen atau sekitar Rp 668,93 triliun. (Lmg)