BRI Syariah Raup Laba Rp168 Miliar

Photo Author
- Selasa, 6 Oktober 2020 | 02:13 WIB
uang-Sura
uang-Sura

JAKARTA, KRJOGJA.com - Perbankan syariah ternyata mampu bertahan pada saat krisis pandemi seperti saat ini, hal ini terlihat dari  kinerja Bank Rakyat Indonesia Syariah ( BRI Syariah)  hingga Agustus 2020 mampu meraih laba yang cukup tinggi yakni 158,4 persen. Sehingga laba BRI Syariah bisa mencapai Rp 168 miliar.

Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh pendapatan penyaluran dana mencapai Rp 1,94 triliun atau naik 19,75 persen dibanding tahun lalu.

"Hal ini menunjukkan ekonomi dan keuangan syariah terbukti telah mampu bertahan di tengah krisis pandemi sehingga berpotensi menjadi salah satu solusi pemulihan ekonomi nasional," kata Dirut BRI Syariah Ngatari pada acara workshop perbankan syariah secara virtual di Jakarta,   Senin (5/10).

Namun, menurutnya, dari sisi industri kinerja saja tidak cukup untuk memaksimalkan ekonomi syariah. Dia mengatakan masih banyak yang harus dilakukan yakni meningkatkan literasi keuangan syariah yang saat ini sebesar 16,34 persen dari skala 100 persen. Hal itu memperlihatkan masih banyak ruang yang harus digarap untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai ekonomi dan keuangan syariah. Apalagi Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar.

Sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga berpeluang untuk meningkatkan kegiatan perbankan berbasis Syariah dengan mengembangkan ragam jenis instrument pembiayaan Syariah. Pada aspek investasi, tren masyarakat untuk berinvestasi di sektor keuangan berbasis Syariah juga terus meningkat. Tidak hanya dari sektor Perbankan Syariah dan Multifinance Syariah, tetapi juga platform Pasar Modal Syariah.

"Itulah mengapa kami terus memaksimalkan kegiatan ekonomi syariah agar masyarakat bisa memahami ekonomi syariah. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat maka semakin banyak industri dan investasi berbasis syariah terbentuk. Dan keuangan syariah semakin maju dan harapannya menjadi pusat keuangan syariah di dunia," katanya.

Sementara itu, Direktur Operasional BRI Syariah Fahmi Subandi mengatakan,  BRI Syariah terus meningkatkan pencadangan untuk mengantisipasi  risiko pembiayaan karena berakhirnya relaksasi dan  restrukturisasi kredit dari pemerintah. Rencananya pencadangan tersebut bila bulan Juni 2020 sebesar 88 persen, maka hingga akhir tahun 2020 dinaikkan menjadi 100 persen.

“Kami sudah bahas dan sudah kaji bila relaksasi dan restrukturisasi dari pemerintah sudah berakhir. Ini kami lakukan karena banyak debitur dan nasabah kami yang mengalami  kerugian akibat pandemi ini. Untuk itu BRI Syariah meningkatkan  pencadangan untuk mengantisipasi bila terjadi peningkatan NPL.  Pencadangan hang kami lakukan bila pada bulan Juni 2020 sebesar 88 persen, maka hingga akhir tahun 2020 dinaikkan menjadi 100 persen,” tegasnya.

Fahmi juga mengatakan, sebagai emiten perbankan syariah pertama di Indonesia, BRI syariah memiliki kisah sukses ketika mendapat kepercayaan dari investor saat melakukan Initial Public Offering (IPO). Akses pendanaan melalui Pasar Modal menjadi daya tarik banyak Perusahaan. Selain memperoleh dana segar, berbagai manfaat lain juga dapat diperoleh.

“BRI syariah telah membidik target investornya sehingga penawaran dapat   terserap secara optimal. Dengan dana hasil IPO, BRI syariah mampu melakukan ekspansi pembiayaan, jumlah jaringan kantor BRI syariah serta mengembangkan teknologi informasi untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya. Seperti mengembangkan mobile banking BRIS Online, mengakselerasi internal business process melalui aplikasi i-Kurma dan aplikasi Salam Digital,” ujarnya.

Sementara menurut Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi, menjelaskan bahwa BEI telah mengambil strategi agar pasar modal syariah mampu bersaing di sektor lainnya melalui program edukasi serta inovasi produk dan infrastruktur baik dari sisi demand maupun supply. BEI memiliki kebijakan yang kuat dalam memastikan focus dan keseriusan dalam mengembangkan area pasar modal syariah. Pengembangan pasar modal syariah menjadi salah satu area pertumbuhan baru dan menjadi salah satu pilar dalam focus BEI lima tahun ke depan.

Ada lima strategi yang sudah dicanangkan BEI, yakni program literasi dan inklusi, program pengembangan efek dan instrument syariah, program pengembangan infrastruktur PMS, program penguatan sinergi, dan pemanfaatan teknologi untuk pendidikan dan investasi syariah. Untuk mempercepat akses perluasan literasi dan inklusi pasar modal syariah, BEI juga menggunakan model community based, yaitu bekerja sama dengan berbagai kalangan dan komunitas.

Hasilnya memang cukup memuaskan, kinerja pertumbuhan jumlah investor saham syariah sangat signifikan jika dilihat dari empat tahun terakhir. Jumlah investor saham syariah di Indonesia meningkat 537 persen. Per Agustus 2020, investor saham syariah telah mencapai 78.199 investor atau sekitar 5,9 persen dari total investor saham di Indonesia. BEI juga mencatat bahwa saham syariah mencapai 63 persen dari saham yang tercatat di pasar modal Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X