BANDUNG, KRJOGJA.com - Bank Indonesia sepakat dengan pandangan pengamat pasar yang menilai pernyataaan terbaru Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve Janet Yellen cukup hawkish dan mengindikasikan akan ada kenaikan Fed Fund Rate (FFR) di Desember 2017 mendatang.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, meningkatnya peluang kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS tersebut, sudah sejalan dengan komunikasi The Fed ke pasar dalam tiga tahun terakhir bahwa kenaikan suku bunga acuan akan dilakukan bertahap.
Hawkish adalah komentar atau pernyataan yang tegas atau agresif, terhadap perkiraan positif pertumbuhan ekonomi (pasar tenaga kerja/tingkat pengangguran/daya beli konsumen/produksi manufaktur, dst) dan inflasi yang seringkali berdampak atau terkait dengan tingkat suku bunga.
"Statement dari The Fed yang cukup hawkish itu kita sudah lihat. Peluang Fed Fund Rate untuk naik itu sebelumnya pernah turun sampai 33%, kemudian naik sampai 52%, dan sekarang ini sudah di atas 60%. Jadi kita melihat cukup konsisten The Fed akan naikkan Fed Fund Rate di Desember 2017," ujar Agus usai Rapat koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda), Rabu (27/9/2017).
Agus menuturkan, kenaikan suku bunga The Fed tersebut sudah dikalkulasi dan diantisipasi oleh bank sentral tatkala memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate menjadi 4,25% pada pekan lalu.
BI menyatakan akan tetap mewaspadai dampak dari kenaikan suku bunga The Fed dan juga rencana pengurangan portofolio obligasi The Fed senilai USD4,5 triliun secara bertahap.
"Kami melihat kondisi global yang harus diwaspadai yaitu The Fed akan naikkan Fed Fund Rate di Desember. Kami juga sudah dengar The Fed akan menurunkan besaran neraca dari The Fed yang sekarang ini lebih dari USD 4,5 triliun akan diturunkan secara bertahap dan mulai akan dilaksanakan di Oktober itu sekitar USD10 miliar setiap bulan," kata Agus. (*)