JAKARTA (KRjogja.com) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai tingginya tingkat simpanan domestik (domestic saving) bisa menjadi modal Indonesia dalam menghadapi tren penurunan investasi global.
Peran domestic saving dalam memacu laju ekonomi bisa tercermin melalui penyaluran kredit oleh perbankan. "Sumber investasi kan bisa dari sisi domestic saving dan di Indonesia kan memiliki level simpanan domestik yang cukup tinggi. Selama ini kan diterjemahkan dalam bentuk pertumbuhan kredit perbankan," tutur Sri Mulyani.
Berdasarkan Data Bank Dunia, pada tahun 2015, simpanan domestik bruto Indonesia mencapai 34,8 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Sebagai pembanding, di tahun yang sama, simpanan domestik bruto China mencapai 49,2 persen, Amerika Serikat sebesar 17,5 persen, Malaysia 32,7 persen, Thailand 35,4 persen, dan Filipina 13,9 persen.
Namun demikian Sri Mulyani menyadari, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan dalam tiga tahun terakhir. Hal itu disubstitusi oleh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan penerbitan obligasi korporasi.
Tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meramalkan kredit perbankan bisa mencapai kisaran 9 hingga 12 persen atau lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya mampu tumbuh satu digit. Tercapai atau tidaknya target tersebut, kata Sri Mulyani, sangat bergantung dari keyakinan terhadap sektor usaha sehingga industri perbankan mampu melakukan ekspansi kredit. (*)