JAKARTA (KRjogja.com) - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara yang cukup kuat menghadang dampak negatif dari adanya Brexit (Britain Exit) atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Ketahanan Indonesia bisa dilihat dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya sekitar 0,82 persen. Turunnya IHSG sebesar 0,82 persen masih lebih baik dibanding negara lain. Namun, investor tetap masih ingin ada kepastian setelah terjadinya Brexit.
“Kita perlu berbangga pasar modal kita sudah punya cukup tahan. Pasar modal di negara lain justru terpuruk. Ada yang turun sampai minus 3 persen, bahkan Nikkei Bursa Saham Jepang turun sampai 8 persen dan Indonesia hanya turun 0.82 persen,†kata Nurhaida di Jakarta, Senin (27/06/2016).
Dikatakan, ketahanan pasar modal Indonesia ini didukung oleh banyak faktor terutama pada perbaikan regulasi yang selama ini giat dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pelaku pasar modal lainnya.
   Â
"Ketahanan ini tentu bukan hal yang kebetulan terjadi. Kerja keras kita dalam kurun waktu belakangan dengan berbagai perbaikan regulasi, ini memberikan dampak yang baik terhadap ketahanan pasar modal Indonesia," tegasnya.
Dikatakan, dampak Brexit menimbulkan ketidakpastian terhadap pasar keuangan global. Namun dampak Brexit ke pasar saham Tanah Air masih tergantung kondisi market. Jika sudah ada equilibrium baru, maka akan terjadi keseimbangan lagi.
"Tergantung bagaimana respons masing-masing market tapi pada saat equilibrium sudah terbentuk lagi, nah itu akan terjadi kestabilan lagi di market," ujar Nurhaida. (Lmg)