FBI dan NCSC Waspadai Munculnya Malware Kripto Baru

Photo Author
- Senin, 4 September 2023 | 11:15 WIB
ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay
ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay


Krjogja.com - LONDON - Badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah menerbitkan laporan bersama yang memperingatkan pengguna tentang malware baru yang disebut “Infamous Chisel,” yang menargetkan perangkat Android.

Melansir Cointelegraph, Minggu (3/9/2023), sebuah laporan peringatan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah di Amerika Serikat dan Inggris memperingatkan pengguna untuk berhati-hati terhadap malware baru yang digunakan untuk menargetkan dompet dan bursa kripto.

Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), Biro Investigasi Federal (FBI), dan Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) Inggris, yang merupakan bagian dari Markas Besar Komunikasi Pemerintah (GCHQ) berkolaborasi untuk merilis laporan bersama tentang malware yang dijuluki “Infamous Chisel”.

Baca Juga: Dugaan Pelanggaran Penempelan Stiker Ganjar, Begini Tanggapan Gibran

Menurut laporan tersebut, malware tersebut dikaitkan dengan aktivitas Sandworm, unit perang siber yang bekerja di bawah GRU, badan intelijen militer Rusia. Laporan bersama tersebut juga mencatat Sandworm telah menargetkan perangkat Android militer Ukraina, menggunakan malware baru untuk mengekstrak informasi dari perangkat seluler yang disusupi.

Laporan itu juga mencatat beberapa data yang diekstraksi oleh malware termasuk data dalam direktori aplikasi pertukaran Binance dan Coinbase serta aplikasi Trust Wallet. Menurut laporan tersebut, setiap file di direktori yang terdaftar sedang dieksfiltrasi, apa pun jenisnya.

Laporan bersama tersebut juga mencatat komponen Infamous Chisel dikembangkan tanpa memperhatikan “penyembunyian aktivitas jahat.” Malware ini tidak memiliki teknik siluman untuk menyamarkan aktivitasnya. Namun, hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya sistem deteksi berbasis host untuk perangkat Android.

Sementara itu, hampir USD 1 miliar telah hilang akibat eksploitasi, peretasan, dan penipuan pada 2023. Pada 1 September, perusahaan keamanan blockchain CertiK melaporkan sekitar USD 997 juta telah hilang sepanjang tahun ini. Pada Agustus saja, sekitar USD 45 juta hilang akibat serangan semacam itu.

Baca Juga: PKB ke Nasdem, PDIP Jajaki Kerjasama dengan Demokrat

Meski jumlahnya besar, kerugiannya jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Juli, aset digital senilai lebih dari USD 486 juta hilang akibat serangan berbahaya. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X