Krjogja.com - Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, keuangan derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK Inarno Djajadi mengatakan, emisi karbon merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim. Diperkirakan jumlah emisi karbon meningkat kembali sama seperti sebelum masa pandemi covid 19.
Oleh karena itu, upaya mitigasi terhadap perubahan iklim perlu disiapkan sedemikian rupa ke depan, agar proses transisinya dapat berjalan dengan lancar.“Apabila pemulihan pasca pandemi diabaikan prinsip pembangunan berkelanjutan, maka jumlah emisi karbon meningkat kembali sama seperti sebelum masa pandemi covid 19,,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, keuangan derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi saat ditemui di sela acara road to Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) di Jakarta, Senin (22/7).
Karena itu, tambahnya, dituntut perencananyang tetap terutama dalam mengalokasikan sumber saya yang dimiliki. Sebagai contoh pemerintah telah mengindetifikasi sekitar 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 81,6 triliun dibutuhkan tiap tahunnya untuk transisi energi bersih atau energi terbarukan.
Baca Juga: Uang Beredar Bulan Juni 2024 Rp 9.026,2 Triliun
Inarno mengatakan pemerintah terus mendorong berbagai investasi hijau, sejalan dengan upaya pemerintah yang menargetkan nol emisi karbon hingga 2060 atau lebih cepat.
Dikatakan, sejak Bursa Karbon di Indonesia diluncurkan lebih dari setahun yang lalu, tercatat baru ada sebanyak 62 pengguna jasa yang mendapat izin perdagangan bursa karbon dengan volume 608.000 ton CO2 ekuivalen dengan akumulasi nilai transaksi sebesar Rp 36,67 miliar. Jika membandingkan target potensi nilai kredit karbon di Indonesia yang bisa mencapai Rp 3.000 triliun, angka tersebut memang tak sampai 1 persen.
Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman optimistis Bursa Karbon akan terus berkembang ke depan. “Pengguna jasa bursa karbon saat ini juga telah bergerak dari 16 pada hari ini pertama perdagangan menjadi hampir 70 pengguna jasa saat ini,” ujar Iman.
Baca Juga: Transaksi Saham Syariah Bisa Pakai Rekening BSI
Bursa Karbon merupakan bursa perdagangan yang diluncurkan oleh BEI sebagai bentuk dukungan dalam pencapaian target NDC (Kontribusi Nasional) Indonesia.
Sementara itu, CEO Katadata Metta Dharmasaputra mengatakan Katadata SAFE 2024 merupakan salah satu ajang konferensi di bidang sustainability terbesar di Indonesia juga terdiri atas berbagai rangkaian yang dijalankan sepanjang tahun. Katadata bersama Katadata Green dan Katadata Insight Center terus berkomitmen mendukung penguatan implementasi prinsip ESG di sektor bisnis melalui berbagai inisiatif.
“Sejak 2021, Katadata merilis Katadata Corporate Sustainability Index, yang tahun ini bertransformasi menjadi Katadata ESG Index. Ini merupakan alat penilaian terdepan yang memungkinkan perbandingan kinerja ESG antar perusahaan di Indonesia,” ungkap Metta.
Baca Juga: Afnan Hadikusumo Ingatkan AMM Tentang Peran Strategis Dalam Politik
Dengan mencakup hampir 200 perusahaan nasional terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Katadata ESG Index menjadi yang terbesar di Indonesia. Indeks ini menyediakan benchmarking yang relevan dan mendalam, membantu perusahaan meningkatkan praktik keberlanjutan.
“Transparansi dan wawasan dari indeks ini juga menarik investor yang peduli terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan, menjadikan perusahaan di Indonesia lebih kompetitif dan berkelanjutan,” terangnya. (Lmg)