KRJogja.com - YOGYA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY menilai kondisi Industri Jasa Keuangan (IJK) di DIY stabil dengan kinerja pertumbuhan positif, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga per Juni 2024. Kinerja tersebut dapat dilihat dari setiap industri jasa keuangan baik itu perbankan, perusahaan pembiayaan, fintech lending dan pasar modal.
Kepala OJK DIY Eko Yunianto mengatakan aset perbankan di wilayah DIY pada Juni 2024 tumbuh 7,86 persen (yoy) mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya 5,08 persen (yoy) menjadi Rp109,75 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) Juni 2024 mencapai Rp91,68 triliun, tumbuh 7,13 persen (yoy), mengalami kenaikan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,58 persen (yoy).
"Kredit perbankan di DIY pada Juni 2024 tumbuh 11,45 persen (yoy) menjadi Rp61,21 triliun, dengan tiga sektor ekonomi yang tumbuh tertinggi yaitu sektor konstruksi 75,95 persen, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial 59,76 persen dan sektor perantara keuangan 42,18 persen. Risiko kredit terjaga walaupun mengalami penurunan kualitas rasio NPL dari 3,97 persen pada Maret 2024 menjadi 4,26 persen pada Juni 2024," papar Eko, Jumat (6/9).
Eko menuturkan pembiayaan yang disalurkan kepada UMKM mencapai Rp28,69 triliun atau tumbuh 4,90 persen dengan market share 46,87 persen dari total kredit perbankan turun dari triwulan sebelumnya 48 dan melampaui target pemerintah sebesar 30 persen pada 2024. Rasio NPL kredit UMKM mengalami penurunan kualitas dari 5,67 persen pada Maret 2024 menjadi 6,21 persen pada Juni 2024.
Sedangkan kinerja perusahaan pembiayaan tumbuh positif pada Juni 2024 dan naik dibandingkan triwulan sebelumnya secara yoy yang tumbuh 21,08 persen. Rasio Non Performing Financing (NPF) mengalami penurunan kualitas dari 1,94 persen pada Maret 2024 menjadi 2,43 persen pada bulan Juni 2024.
"Outstanding pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending yang mencapai Rp1,03 triliun, tumbuh 29,36 persen dibandingkan outstanding Maret 2024 Rp 948,7 miliar dengan pertumbuhan 24,75 persen. TWP 90 pada Juni 2024 tercatat 3,08 persen atau mengalami sedikit penurunan dibandingkan posisi Maret 2024 yaitu 3,20 persen," imbuhnya.
Sedangkan transaksi pasar modal mencatatkan perkembangan jumlah SID Saham sebesar 116.855 atau tumbuh 22,95 persen, SID Reksa Dana sejumlah 227.993 atau tumbuh 15,40 persen serta SID Surat Berharga Negara sebesar 19.126 atau tumbuh sebesar 25,85 persen. Transaksi pasar modal di DIY didominasi investor ritel.
Dalam kurun Januari hingga Juli 2024, Pemerintah telah meluncurkan empat SBN Ritel yaitu.Obligasi Ritel Indonesia (ORI) ORI025 dengan dua seri yaitu ORI025-T3 dan ORI025-T6 yang ditawarkan pada 29 Januari sampai 22 Februari 2024; dan Sukuk Ritel Negara (SR) SR020 dengan dua seri yaitu SR020T3 dan SR020T5 pada 4 hingga 27 Maret 2024.
Sukuk Tabungan (ST) ST012 dengan dua seri yaitu ST012T2 dan ST012T4 pada 26 April sampai 29 Mei 2024. Kemudian
Saving Bond Ritel (SBR) SBR013 dengan dua seri yaitu SBR013T2 dan SBR012T4 pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024. Penawaran SBN yang rutin dilakukan pemerintah Indonesia merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan jumlah investor di sektor pasar modal khususnya investor SBN.
"OJK DIY juga telah menerbitkan publikasi kinerja lembaga jasa keuangan di wilayah DIY secara rutin dalam bentuk leaflet yang dapat diakses di http://bit.ly/leafletojkdiy serta dalam bentuk laporan (http://bit.ly/asesmenkojkdiy)," imbuh Eko. (Ira)