KRJogja.com - YOGYA - Perkembangan harga di DIY mengalami penurunan terutama sebagai dampak pemberian diskon tarif listrik selama dua bulan pertama tahun 2025. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY pada Februari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,86% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan Januari 2025 deflasi 0,35% (mtm). Dengan perkembangan tersebut IHK DIY secara tahunan mengalami deflasi sebesar 0,30% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Ibrahim mengatakan IHK Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul pada periode laporan mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,85% (mtm) dan 0,86% (mtm). Sementara untuk tahunan, Kabupaten Gunungkidul tercatat mengalami deflasi mencapai 0,66% (yoy), dan Kota Yogyakarta mencatat inflasi sebesar 0,11% (yoy).
Baca Juga: Satpol PP Temanggung Tangkap ODGJ Bersenjata Tajam
"Deflasi terutama disebabkan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan BBRT seiring dengan kebijakan stimulus diskon tarif listrik dan kereta api oleh Pemerintah. Deflasi pun disebabkan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, khususnya pada komoditas bawang merah, cabai merah, dan daging ayam ras,' tuturnya di Yogyakarta, Rabu (5/3).
Di sisi lain, Ibrahim menyampaikan deflasi yang lebih dalam tertahan oleh Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, khususnya pada komoditas emas perhiasan. Selain itu, komoditas sigaret kretek mesin (SKM) (0,05% mtm) dan sigaret kretek tangan (SKT) (0,05% mtm) pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masing-masing turut memberikan andil inflasi pada periode laporan.
Mencermati kondisi terkini, BI DIY bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID )DIY mengapresiasi peran aktif seluruh pihak yang telah bersinergi dan berkolaborasi dan akan meningkatkan sinergi pengendalian inflasi pada 2025. Mengacu pada risiko ke depan, BI DIY optimis inflasi DIY tahun 2025 dapat terjaga pada kisaran target sasaran nasional sebesar 2,5±1%.
Baca Juga: Kodim 0729 Bantul Terima Tiga Unit Kendaraan Khusus Maung
Kondisi tersebut didukung upaya TPID DIY dalam kerangka 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY. Implementasi gerakan tersebut diantaranya melalui pelaksanaan operasi pasar/pasar murah yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto, kampanye belanja bijak, penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) baik antar provinsi maupun intra provinsi, implementasi Masyarakat lan Pedagang Tanggap Inflasi (Mrantasi)
"Pengembangan Geographic Information System (GIS) sebagai geoportal dalam optimalisasi monitoring produksi dan penggunaan lahan yang dan Inisiasi Gerakan Membeli Sayuran Petani (Gemati) oleh Kabupaten Sleman untuk menyerap produksi sayuran yang melimpah. Selain itu mendorong adanya gerakan sosial masyarakat terkait keseimbangan harga, seperti gerakan masjid Nurul Ashri sebagai aggregator," pungkas Ibrahim. (Ira)