Nilai Tukar Rupiah Melemah Dipengaruhi Ketegangan Geopolitik Global, Butuh Perhatian Serius

Photo Author
- Kamis, 3 April 2025 | 15:20 WIB
Widarta, MM CDMP (Riyana Ekawati )
Widarta, MM CDMP (Riyana Ekawati )

KRJogja.com - YOGYA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) semakin melemah dalam beberapa waktu terakhir bahkan sampai menyentuh level 16.700-an.Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak lepas dari kondisi perekonomian di luar Indonesia seperti ketegangan geopolitik global.

Selain itu juga melemahnya nilai Rupiah diduga dipengaruhi oleh kenaikan harga kebutuhan pokok. Adanya kondisi itu butuh perhatian dan penanganan serius dari pemerintah.

Baca Juga: Konsisten Terapkan Prinsip ESG untuk Bisnis Berkelanjutan, BRI Raih 2 Penghargaan Internasional dari The Asset Triple A

"Nilai perdangan rupiah akhir-akhir ini terus menunjukkan pelemahan pada perdagangan masih dikisaran level Rp 16.700 per dollar. Secara eksternal hal itu banyak dipengaruhi oleh geopolitik masih terus memanas. Amerika Serikat (AS) yang akan mulai menerapkan kebijakan biaya tarif impor tambahan yang diproyeksikan akan memberatkan pasar, hal ini juga dapat menaikkan harga-harga yang berkaitan dengan tarif produk impor tersebut,"kata pengamat ekonomi sekaligus dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta, MM CDMP di Yogyakarta, Kamis (3/4).

Widarta mengatakan, meski sejumlah upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan nilai tukar Rupiah. Tapi secara internal tampaknya kebijakan pemerintah belum bisa menyakinkan investor.

Hal itu bisa dilihat dari banyaknya dana asing yang keluar dari Indonesia. Hal tersebut juga dipengaruhi kebijakan Danantara.

Baca Juga: 110 Ribu Penumpang Naik KA Bandara YIA Selama Libur Lebaran

Investor asing menilai, pasar modal tidak seharusnya banyak mendapatkan intervensi dari pemerintah, adanya intervensi pemerintah terhadap pasar modal dianggap ini tidak aman bagi para investor.

"Pertumbuhan ekonomi pada 2025 hanya akan sebesar 4,9 persen, lebih rendah ketimbang prediksi sebelumnya diangka 5,1 persen ini mencerminkan outlook investasi yang lebih lemah.Arus pemutusan hubungan kerja besar-besaran yang melanda industri padat karya seperti tekstil, juga turut berkontribusi dan melemahkan konsumsi rumah tangga," paparnya.

Lebih lanjut pengamat Ekonomi dari UMBY tersebut menambahkan, faktor internal yang mempengaruhi nilai rupiah salah satunya karena pasar merespons positif langkah pemerintah dalam intervensi dan menjaga stabilitas harga pangan selama bulan Ramadan dan lebaran.

Meskipun ancaman cuaca ekstrem masih menghantui sektor pertanian dan pasokan pangan, pemerintah memastikan harga tetap terkendali melalui berbagai kebijakan, termasuk penerapan harga eceran tertinggi (HET) dan harga acuan penjualan (HAP).

"Pergerakan Rupiah diperkirakan masih akan tetap fluktuatif dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu bergantung pada perkembangan ekonomi global (khususnya kebijakan pemeritah AS) dan kebijakan domestik dalam menjaga stabilitas harga serta daya beli masyarakat. Selain itu bagaimana Investor asing percaya dan kembali masuk ke pasar saham domestic yang tercermin dari masuknya dana investor asing ke pasar saham,"paparnya. (Ria)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X