Krjogja.com — Jakarta — Laju inflasi pada Maret 2025 atau month to month (m-to-m) Maret 2025 sebesar 1,65 persen. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan Februari 2025 yang mengalami deflasi -0,48 persen. Begitu juga bi dengan Maret tahun 2024 yang mencapai 0,52 persen.
“ Inflasi Maret 2025 lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya dan juga bulan Maret tahun 2024,” kata Deputi bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M. Habibullah, dalam acara jumpa pers di Jakarta, Selasa (8/4).
Dikatakan, penyimbang utama inflasi Maret 2025 adalah kelompok perumahan, air listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 1,18 persen. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik.
Baca Juga: Komunitas Strokers dan Relawan DIY Syawalan Bareng, Kampanyekan Hidup Sehat Lawan Stroke
Selain itu, komoditas pangan yang juga penyumbang inflasi antara lain, bawang merah, cabai rawit dan daging ayam ras. “Secara hiatoris 4 tahun terakhir, komoditas bawang merah dan daging ayam ras selalu mengalami inflasi pada momen ramadhan dan idul fitri,” tegasnya.
Sementara itu , pada Maret 2025 inflasi tahinan atau year on year (y-on-y) sebesar 1,03 persen. Lebih tinggi bila dibanding dengan bulan sebelumnya yang mencapai deflasi 0,09 persen. Serta lebih rendah bila dibandinhkan dengan Maret 2024 yang mencapai 3,05 persen. “Inflasi tahunan Maret 2025 lebih tinggi dari bulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan dengan Maret 2024 lebih rendah,”ujarnya.
Dikatakan, inflasi provinsi y-on-y tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 8,05 persen dan terendah terjadi di Provinsi Papua Barat Daya sebesar 0,24 persen. Deflasi provinsi y-on-y terdalam terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 0,23 persen dan terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 0,22 persen. Sementara inflasi kabupaten/kota y-on-y tertinggi terjadi di Kabupaten Jayawijaya sebesar 8,05 persen dan terendah terjadi di Kota Tanjung Pinang sebesar 0,07 persen.
Baca Juga: UGM Pecat Prof EM Usai Kasus Kekerasan Seksual, Pendampingan Psikologis Korban Terus Dilakukan
Deflasi kabupaten/kota y-on-y terdalam terjadi di Kabupaten Muko Muko sebesar 0,83 persen dan terendah terjadi di Kota Bengkulu sebesar 0,01 persen. Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,07 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,41 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,95 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,80 persen; kelompok transportasi sebesar 0,83 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,17 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,89 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,26 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 8,71 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 4,68 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,24 persen. (Lmg)