Presiden Prabowo Bakal Tarik Utang Baru Rp781,9 Triliun di 2026

Photo Author
- Senin, 18 Agustus 2025 | 22:10 WIB
(Ilustrasi uang/unsplash)
(Ilustrasi uang/unsplash)

KRjogja.com - JAKARTA - Presiden Prabowo berencana menarik pembiayaan utang baru sebesar Rp781,9 triliun pada tahun 2026. Angka ini tercantum dalam Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2026.

Dalam RAPBN 2026, pembiayaan utang direncanakan sebesar Rp781.868,6 miliar yang akan dipenuhi melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman.

Pembiayaan utang yang berasal dari SBN akan dipenuhi melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara. Sementara itu, pinjaman Pemerintah terdiri dari Pinjaman Dalam Negeri dan Pinjaman Luar Negeri.

"Instrumen pinjaman akan lebih banyak dimanfaatkan untuk mendorong kegiatan/proyek prioritas Pemerintah," tulis Buku II Nota Keuangan dan RAPBN 2026, dikutip Senin (18/8/2025).

Baca Juga: Razzi Taruna Tonton Match PSBS vs Borneo FC, Berharap PSIM Bisa Main di Maguwoharjo

Berdasarkan data Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026, tercantum rincian pembiayaan utang tersebut terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp749,2 triliun dan pinjaman neto Rp32,7 triliun.

Secara rinci, pinjaman dalam negeri pada 2026 justru diperkirakan negatif Rp6,5 triliun. Hal ini lantaran cicilan pokok pinjaman lebih besar daripada penarikan pinjaman baru.

Sementara itu, pinjaman luar negeri masih positif Rp39,2 triliun, yang bersumber dari pinjaman tunai Rp41,9 triliun dan pinjaman kegiatan Rp102,6 triliun.

Jika dibandingkan tren lima tahun terakhir, pembiayaan utang 2026 jauh lebih rendah dari tahun 2021 yang mencapai Rp870,5 triliun, namun meningkat dibanding realisasi 2023 sebesar Rp404 triliun.

Baca Juga: Hadapi Borneo FC, PSBS Biak Gagal Menang di Maguwoharjo

Kebijakan pembiayaan utang tahun 2026 diarahkan sebagai instrumen penguatan counter cyclical yang dikelola secara prudent dan sustainable dalam mendukung percepatan transformasi ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

Dalam kerangka tersebut, kebijakan pembiayaan utang diarahkan untuk, pertama, mengendalikan utang dalam batas aman dan manageable; Kedua, mendukung kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mendukung agenda pembangunan dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.

Ketiga, pengelolaan utang senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian dan terukur, serta mendorong pembiayaan inovatif yang sustainable dalam mendukung percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Keempat, menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dengan biaya dan risiko yang optimal dan terkendali serta menjaga prinsip transparansi dan integritas pasar serta disiplin fiskal.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X