BANDUNG - Anggota Dewan Komisioner Bidang Program Penjaminan Polis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Ferdinan D. Purba mengatakan, sejak tahun 2025-2025 mencapai 146 bank di likuidasi, yang terdiri dari 1 bank umum dan 129 Perekonomian Rakyat (BPR) dan 16 Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS).
“ Sejak LPS beroperasi tahun 2005 sampai November 2025 jumlah bank telah dilikuidasi sebanyak 146 bank yang terdiri dari 1 bank umum dan 129 BPR dan 16 BPRS,” kata, Anggota Dewan Komisioner LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) Bidang Program Penjaminan Polis Ferdinand D. Purba, dalam acara media gathering tentang Literasi Menabung dan Berasuransi, di Bandung, Sabtu (6/12).
Adapun rinciannya dari tahun 2005-2024, bank yang telah dilikuidasi mencapai 142 bank yang terdiri dengan 1 bank umum dan 141 Bank Perekonomian Rakyat dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPR/BPRS).
Adapun bank yang diselamatkan mencapai 2 bank yang terdiri dari 1 bank umum dan 1 BPR/BPRS.Sementara tahun 2025 sebanyak 4 bank yang dilikuidasi. Dengan rincian 0 bank umum dan 4 BPRS. Sedangkan jumlah bank yang diselamatkan, 0 untuk bank umum dan 0 untuk BPR/BPRS.
Dikatakan, bank yang dicabut izin usahanya paling banyak di Jawa Barat mencapai 41 bank, Sumatera Barat mencapai 22 bank. Sementara bank yang dicabut izinnya paling banyak tahun 2024 mencapai 20 bank. Menyinggung tentang rekening, dikatakan, untuk total rekening yang dijamin penuh oleh LPS untuk bank umum mencapai 657,19 juta rekening atau 99,94 persen dari total rekening.
Sementara total BPR/BPRS yang dijamin LPS mencapai 15,84 juta rekening atau 99,97 persen dari total rekening. Sementara per September 2025 jumlah penduduk Indonesia untuk umur 15-69 tahun yang belum memiliki rekening simpanan mencapai 16,7 juta orang atau 27,5 persen dari populasi usia tersebut.
Baca Juga: Aktualisasi Kampus Berdampak Sebagai Implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi
Sementara total aset LPS hingga hingga Oktober 2025 mencapai 273,11 triliun atau 12,32 persen dari tahun sebelumnya. Adapun surplus LPS sebelum pajak mencapai Rp 29,91 triliun atau meningkat 6,51 persen dari Oktober tahun sebelumnya. (Lmg)