keuangan

Intervensi IMF Dianggap Hambat Hilirisasi

Jumat, 7 Juli 2023 | 17:11 WIB
Ilustrasi. (KR/dok)

Krjogja.com - YOGYA - Desakan International Monetary Fund (IMF) yang meminta Indonesia meninjau ulang kebijakan larangan ekspor mineral mentah, termasuk ekspor bijih nikel menuai berbagai tanggapan. Salah satu tanggapan dilontarkan Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi.


Fahmy menilai intervensi IMF tersebut tidak hanya menghambat program hilirisasi, namun sekaligus menghalangi Indonesia menjadi negara maju. Padahal, hilirisasi dapat berdampak positif terhadap industri di Indonesia. Selain menaikkan nilai tambah, program hilirisasi akan menciptakan ekosistem industri dari hulu hingga hilir.


"Hanya satu kata, lawan cawe-cawe IMF hambat program hilirisasi. Program hilirisasi ini yang akan mengantarkan Indonesia menjadi negara maju," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/7/2023).


[crosslink_2]


Fahmy mengatakan apabila ekosistem industri telah terbentuk, maka Indonesia akan menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Mengingat ekonomi Indonesia akan ditopang kontribusi sektor industri, bukan sektor konsumsi. "Program hilirisasi sudah terbukti memberikan manfaat dalam menaikkan nilai tambah yang berlipat-ganda" lanjutnya.


Indonesia berhasil meningkatkan nilai ekspor produk turunan nikel hingga 19 kali lipat dua tahun pasca pelarangan ekspor bijih nikel. Pendapatan ekspor bijih nikel mulanya hanya Rp 17 triliun pada 2017 kemudian meningkat menjadi Rp 323 triliun pada 2022.


Sejak Januari 2020 lalu, Fahmy menyampaikan Presiden Joko Widodo alias Jokowi memberlakukan kebijakan larangan ekspor bijih nikel. Jokowi pun bergeming saat kebijakan itu diadukan ke World Trade Organization (WTO). Kendati kalah di Forum WTO, pemerintah tetap melanjutkan pelarangan ekspor seluruh hasil tambang dan mineral.


Melalui dokumen berjudul IMF Executive Board Concludes 2023, selain peninjuan ulang larangan ekspor bijih nikel, IMF juga merekomendasikan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel harus berlandaskan cost and benefit analysis atau analisis biaya dan manfaat. IMF juga berharap pemerintah Indonesia mempertimbangkan dampak-dampak kebijakan tersebut terhadap wilayah lain. (Ira)

Tags

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB