JAKARTA, KRJOGJA.com - Laba Bank Negara Indonesia ( BNI) hingga kuartal III tahun 2019 mencapai Rp 12 triliun atau meningkat 4,7 persen bila dibanding periode yang sama tahun 2018. Rendahnya kenaikan laba BNI pada kuartal III 2019 ini, karena tingginya cost of fund dan saat ini likuiditas di pasar cukup ketat, bahkan bersaing dengan pemerintah untuk menarik likuiditas dengan cara menerbitkan surat berharga negara.
"Kenapa laba kami meningkatnya kecil dibanding tahun lalu, karena tingginya cost of fund dan saat ini likuidasi di market sangat ketat, dan harus bersaing juga dengan pemerintah untuk menarik likuiditas dengan cara menerbitkan SBN," Direktur Keuangan BNI, Ario Bimo, pada acara paparan kinerja BNI Kuartal III tahun 2019, di Jakarta, Rabu (23/10).
Dikatakan, ke depan BNI akan memperbaiki cost of fundnya agar tidak terlalu tinggi. Selain itu, untuk meningkatkan fee base income, BNI juga akan terus meningkatkan sindikasi terutama di sektor infrastruktur.Â
Selain itu pendapat fee base in come dalam kurun waktu 4 tahun terus meningkat terutama dengan bisnis bangking, trade Financing.
Dijelaskan, Fee base income BNI ditopang oleh pertumbuhan recurring fee sebesar 17,1 persen menjadi Rp 7,9 triliun. Kenaikan FBI pada Kuartal III - 2019 ini didorong oleh kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 9,4 persen dan fee sindikasi yang tumbuh 81,6 persen. Adapun, sumber fee dari bisnis konsumer antara lain berasal fee pengelolaan kartu debit yang tumbuh 57,5 persen dan fee transaksi melalui ATM yang tumbuh 16,5 persen.
Sementara itu Wakil Dirut BNI Herry Sidharta mengatakan, untuk pertumbuhan kredit pada kuartal III tahun 2019 sebesar 14,7 persen menjadi Rp 558,7 triliun. Pertumbuhan kredit BNI didorong oleh pembiayaan pada segmen korporasi yang tumbuh 18,1 persen dari periode yang sama tahun 2018 menjadi Rp 291,7 triliun yang terdistribusi ke segmen korporasi swasta sebesar Rp 181,1 triliun, atau tumbuh 24,8 persen dibanding kuartal III - 2018, dan pada BUMN senilai Rp 110,7 triliun, atau mengalami pertumbuhan 8,6 persen dibanding Kuartal III – 2018. Â
Adapun untuk segmen korporasi, segmen usaha kecil juga memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 19,2 persen dibandingkan Kuartal III - 2018, menjadi Rp 75 triliun Kredit pada segmen korporasi terutama disalurkan pada sektor manufaktur, perdagangan restoran dan hotel, jasa dunia usaha, konstruksi dan kelistrikan. (Lmg/Ogi)