Rumus itu menyarankan sekitar 70% total aset Adi dialokasikan dalam bentuk property melalui fasilitas cicilan KPR dan juga reksadana saham yang diakumulasi secara berkala.
Namun dalam pembentukannya, Adi perlu menjaga keseimbangan antara konsumsi dan investasi. Bila Adi memilih property sebagai aset jangka panjang yang akan ditinggali, maka dia sebaiknya membatasi cicilan KPR maksimum 30% pendapatan atau sekitar tiga juta rupiah.Â
Sementara untuk alokasi investasi reksadana saham secara berkala, Adi dapat membatasi hanya 2,5% pendapatan seperti yang disarankan oleh David Bach penulis buku laris Automatic Millionaire. Dengan penguatan karier memungkinkan pendapatan Adi meningkat yang secara otomatis menurunkan rasio cicilan KPR. Kondisi ini memungkinkan Adi meningkatkan alokasi pada reksadana saham yang relatif lebih likuid dibanding aset property.
Budi juga menyarankan Adi memiliki aturan “ambil untung untuk realokasi antara aset†berdasarkan kenyataan sering kali harga aset saham dinilai overvalued. Seperti yang pernah terjadi pada tahun 2006 dan 2007 yang diwarnai oleh lonjakan imbal hasil aset saham sekitar 50% per tahun.Â
Adi dapat mengendalikan kerakusan yang mewabah saat itu dengan aksi ambil untung aset saham yang digunakan untuk mengurangi beban cicilan pokok dan bunga KPR. Bahkan dapat digunakan untuk menambah alokasi aset property dengan mengambil KPR baru. Pada kondisi seperti ini Adi lebih leluasa untuk menerapkan aturan “100 – umurâ€.
“Pengalaman saya dengan mencermati fundamental perekonomian Indonesia yang didominasi oleh penduduk muda yang senang belanja, lebih baik mengendalikan kerakusan ketimbang menuruti kecemasan dalam berinvestasiâ€, tegas Budi.
Budi sendiri kini berusia 53 tahun. Rumusan alokasi itu memungkinkannya mempersiapkan masa pensiun dengan strategi investasi konservatif melalui reksa dana pasar uang dan SBN ritel. Dia menyarankan agar anak muda belajar menyelami manfaat berinvestasi dengan terlebih dahulu mengendalikan tekanan sosial bertingkah konsumtif.Â
“Kepada anak-anak, saya selalu ingatkan bahwa hidup itu murah. Adalah gengsi yang memuatnya mahal. Mereka harus bisa membedakan antara looking rich dan being rich. Berinvestasi ala Nabi Yusuf pada hakikatnya dilakukan berkala dan bertahapâ€, ujar Budi.