JAKARTA (Kjogja.com) - Kepala Ekonom PT Bank CIMB Tbk Niaga Dr Andrian Panggabean menilai pemotongan suku bunga kebijakan (7-days reverse repo rate) sebesar 25bps menjadi 4, 75% sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.Â
Dia menjelaskan Bank Indonesia dipandang sebagai merespon positif terhadap ekspektasi pasar – yang disampaikan lewat bentuk kurva imbal hasil di pasar obligasi. Sejak September 2015 tidak hanya yield telah turun di semua tenor, tetapi juga bentuk kurva imbal hasil telah menjadi lebih datar.Â
"Struktur imbal hasil antar-tenor di pasar obligasi telah menjadi lebih sempit, sehingga menimbulkan ekspektasi akan rendahnya inflasi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi kedepannya. Langkah ini sejalan dengan ekspektasi Bank CIMB Niaga," ungkapnya melalui keterangan pers resmi, Jumat (21/10/2016).
Menurut Adrian risiko ekonomi telah condong kearah pertumbuhan ekonomi. Dalam rilisnya, Bank Indonesia juga mengantisipasi bahwa 3Q2016 PDB akan lebih lemah dari yang diperkirakan - sehingga memunculkan kemungkinan bahwa pertumbuhan PDB tahun 2016 akan berkisar pada angka 5% yoy.Â
"Penurunan suku bunga ini dipandang sebagai pernyataan implisit otoritas moneter bahwa risiko terhadap perekonomian saat ini lebih kearah lemahnya pertumbuhan ekonomi, ketimbang risiko inflasi atau pelemahan rupiah," ungkapnya.
Dia menambahkan suku bunga pinjaman diperkirakan akan turun dan diharapkan dapat memicu pertumbuhan kredit, meskipun secara bertahap. Sementara spread antara pinjaman dan fasilitas deposit tetap di angka 150bps, pemotongan suku bunga kebijakan diharapkan dapat menurunkan suku bunga kredit antara 50-75bps, yang mana besarannya akan bervariasi antara bank ke bank. (*)