Jakarta - Perang berkepanjangan Israel dengan Hamas akan menjadi beban ekonomi dan politik yang signifikan bagi Israel dalam jangka panjang. Hal itu disampaikan lembaga pemeringkat internasional Moody’s pada Jumat, 9 Februari 2024.
Dikutip dari CNN, Sabtu (10/2/2024), lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Service menurunkan peringkat utang Israel dari A1 menjadi A2 pada Jumat, 9 Februari 2024. Hal ini menekankan ekonomi yang terdampak akibat perang di Israel dengan Hamas yang telah akibatkan ribuan korban jiwa dan memicu ketegangan geopolitik di dunia.
Dalam sebuah pernyataannya, Moody’s mengatakan, pendorong utama keputusannya adalah penilaian konflik militer yang sedang berlangsung dengan Hamas, dampaknya dan konsekuensi yang lebih luas signifikan meningkatkan risiko politik bagi Israel serta melemahkan lembaga eksekutif dan legislative serta kekuatan fiskal pada masa mendatang.
Meskipun peringkat A2 masih dianggap layak investasi, penurunan peringkat tersebut kemungkinan akan membuat Israel meminjam dana lebih mahal.
Pada pertengahan Oktober, kurang dari dua minggu setelah serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, Moody’s memperingatkan peringkat kredit Israel berada dalam bahaya penurunan peringkat.
Pada saat itu, Moody’s mengatakan, meski profil kredit Israel bertahan terhadap konflik militer pada masa lalu, parahnya konflik militer saat ini meningkatkan kemungkinan dampak kredit yang material dan bertahan lama.
Pada Jumat, lembaga pemeringkat kredit mengatakan keputusannya didasarkan pada proyeksi defisit anggaran Israel lebih tinggi karena peningkatan belanja militer. Moody’s juga prediksi belanja pertahanan Israel akan meningkat hampir dua kali lipat dari 2022 pada akhir 2024 dan berpotensi meningkat lebih tinggi pada tahun yang akan datang.
“Meskipun saat ini ada negosiasi yang sedang dilakukan untuk menjamin pembebasan sandera melalui gencatan senjata sementara dan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza, tidak ada kejelasan mengenai kemungkinan jangka waktu dan ketahanan perjanjian tersebut,” tulis lembaga pemeringkat itu.
Moody’s juga memperingatkan risiko signifikan dari eskalasi konflik saat ini termasuk potensi keterlibatan Hizbullah.
“Konflik dengan Hizbullah akan menimbulkan risiko yang jauh lebih besar terhadap wilayah Israel,” ujar Moody’s. (*)