KRjogja.com - YOGYA - Tekanan inflasi DIY pada 2025 diprakirakan lebih rendah dibandingkan realisasi pada 2023 dengan prasyarat kecukupan bahan pangan pokok strategis. Sinergi kebijakan vang lebih kuat antara pemerintah baik pusat dan daerah, serta Bank Indonesia (BI) melalui implementasi GNPIP dan optimalisasi pemanfaatan anggaran pemerintah untuk pengendalian inflasi pangan, diharapkan dapat mengarahkan inflasi dalam sasaran inflasi 2,5±1 persen.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan BI DIY Ibrahim di Yogyakarta, Rabu (29/1/2025). Prakiraan inflasi DIY pada 2025 tersebut dipengaruhi dari dua faktor yaitu faktor penahan inflasi dan faktor pemicu inflasi 2025.
"Faktor yang menjadi penahan inflasi tahun ini tetap terjaga yaitu diversifikasi alternatif moda transportasi seiring beroperasinya Jalan Tol Yogya- Bawen dan Yogya - Solo - Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) yang ditargetkan selesai pada tahun 2025. Sehingga menahan tekanan permintaan angkutan udara lebih tinggi," ujar Ibrahim.
Baca Juga: Lawan Persiraja PSIM Siapkan Skeman Tanpa Arlyansyah, Erwan Ingatkan Hal Ini
Ibrahim menyampaikan penahan laju inflasi DIY berikutnya adalah prakiraan inflasi pangan yang lebih terkendali seiring cuaca yang lebih kondusif alias menuju netral di tahun 2025. Kemudian indikasi daya beli masyarakat terhadap barang sekunder maupun tersier yang lebih rendah sehingga menahan inflasi inti.
"Adapun faktor yang menjadi pemicu inflasi DIY pada 2025 berupa berlanjutnya kondisi ketidakpastian global yang berdampak pada tingginya potensi imported inflation," tandasnya.
Pemicu inflasi DIY selanjutnya, sebut Ibrahim adalah penyesuaian harga jual industri barang-barang pokok di mana pada tahun sebelumnya, pelaku usaha masih menahan kenaikan harga. Selain itu, kenaikan harga BBM seiring volatilitas harga minyak dunia dan kondisi defisit APBN berlebih.
Baca Juga: Puasa Ramadan Berapa Hari Lagi Ya? Ini Jadwalnya
Sebelumnya, Ibrahim menyatakan pihaknya telah melakukan identifikasi fenomena deflasi DIY (mtm) pada 2024 lalu. Sebagainya diketahui sepanjang 2024, DIY mengalami deflasi bulanan sebanyak 5 yakni pada bulan Januari, Mel, Juni Juli, dan September.
Menurut disagregasinya, deflasi terutama didorong oleh kelompok volatile food yang mencatatkan 7 kali deflasi sepanjang 2024 dan administered price yang mengalami deflasi sebanyak 4 kali. (Ira)