Dua Pertiga Habitatnya Hilang, Populasi Gajah Asia Terancam

Photo Author
- Minggu, 30 April 2023 | 20:30 WIB
Ilustrasi (KR/dok)
Ilustrasi (KR/dok)

Era itu juga menyaksikan “sistem nilai baru, kekuatan pasar, dan kebijakan tata kelola” menjangkau ke luar kota-kota Eropa hingga ke hutan-hutan Asia – mempercepat hilangnya habitat gajah dan fragmentasi spesies.


“Pada tahun 1700, seekor gajah secara hipotetis mungkin dapat melintasi sebanyak 45% area yang 'cocok' tanpa gangguan, tetapi pada tahun 2015 ini turun menjadi hanya 7,5%,” kata para penulis.


India dan Sri Lanka memiliki populasi gajah liar terbesar yang tersisa di Asia Selatan. Kedua negara "diubah" oleh pembangunan jalan era kolonial dan penebangan.


Kemudian pertengahan abada lalu, revolusi industri mengalami "gelombang kedua" yang mendorong hilangnya habitat yang lebih besar.


Saat ini, manusia berkembang lebih jauh ke ruang liar dengan pusat populasi, pertanian, dan industri ekstraktif seperti pertambangan.


Di negara bagian timur Assam, India, konflik dengan gajah meningkat secara dramatis pada 1980-an, sesuai dengan penurunan tutupan hutan di bawah 30% hingga 40% bentang alam, kata studi tersebut.


[crosslink_2]


Masalah politik dan sosial juga berperan dalam ini.


Selama krisis Rohingya pada tahun 2017, ribuan orang minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh dari kampanye militer yang kejam.


Sekitar 1 juta orang sekarang tinggal di kamp pengungsi terbesar dunia yang terletak di Cox's Bazar – daerah yang dulunya merupakan hutan rumah bagi populasi gajah.


“Ada gangguan skala besar di Cox Bazar antara Bangladesh dan Myanmar dengan penyelesaian pengungsi Rohingya,” kata para peneliti.


Hilangnya habitat juga berarti gajah bermigrasi dari wilayah biasanya, menciptakan “tantangan bagi komunitas manusia yang memiliki sedikit pengalaman dengan gajah,” kata studi tersebut.


Pada tahun 2021, jutaan orang terpaku oleh kawanan gajah yang bermigrasi keluar dari kawasan lindung di provinsi Yunnan barat daya China.


Berjalan lebih dari 500 kilometer, menginjak-injak tanaman, berkeliaran di kota-kota, dan menyebabkan kerusakan senilai lebih dari satu juta dolar (sekitar 14 miliar).


Kawasan lindung di Asia itu kecil dan cenderung terbatas pada medan terjal di ketinggian yang lebih tinggi, kata studi tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X